Connect with us

Opini

Eropa Gelap: Solidaritas yang Padam di Tengah Krisis

Published

on

Di pinggiran Lisbon, kulkas-kulkas rumah tangga berhenti berdengung, makanan membusuk, dan lampu padam. Jalanan gelap, hanya diterangi kilatan lampu darurat yang lemah. Pemadaman listrik melanda Spanyol, Portugal, Andorra, dan sebagian Prancis Selatan, meninggalkan jutaan orang tanpa akses ke kebutuhan dasar. Di tengah kekacauan, suara lansia, keluarga miskin, dan penyandang disabilitas tenggelam, sementara elit Eropa berdiam diri, sibuk dengan janji-janji teknis yang tak menyentuh penderitaan manusia.

Euronews melaporkan bahwa kerusakan jalur listrik di Prancis, diduga akibat kebakaran, memicu krisis ini. Bandara lumpuh, metro Lisbon terhenti, dan rumah sakit beralih ke generator. Reuters mencatat tujuh kematian di Spanyol, termasuk korban keracunan karbon monoksida dari generator darurat. Namun, di tengah investigasi penyebab teknis, tidak ada pemimpin Eropa yang berbicara tentang dampak sosial: bagaimana kelompok rentan kehilangan akses ke pemanas, makanan, dan peralatan medis.

Eurostat mencatat 21,4% populasi Uni Eropa—94,6 juta orang—berisiko kemiskinan atau eksklusi sosial. Spanyol, dengan 26,5% warganya dalam kategori ini, adalah salah satu yang terparah. Di Portugal, 9,3% rumah tangga kesulitan membayar tagihan energi secara rutin. Ketika listrik padam, keluarga-keluarga ini tidak punya tabungan untuk membeli makanan kaleng atau lilin, apalagi generator. Krisis ini memperlihatkan wajah Eropa yang retak: megah di permukaan, rapuh di lapisan bawah.

Sementara itu, Ursula von der Leyen, Presiden Komisi Eropa, pernah dengan gagah berkata, “If you take on one of us, you take on all of us,” saat menentang tarif Trump. Tapi di mana solidaritas itu kini? Tidak ada pernyataan resmi dari von der Leyen atau kepala negara seperti Pedro Sánchez tentang rencana darurat untuk kelompok miskin. Fokus mereka adalah memperbaiki kabel, bukan menyelamatkan mereka yang kedinginan di flat-flat gelap.

Posts di X mencerminkan kemarahan publik yang tak terwakili di Brussel. Seorang pengguna menulis, “Listrik mati, orang miskin kelaparan, tapi Eropa cuma peduli infrastruktur!” Al Jazeera mengutip El País yang menyebut pemadaman ini “mengembalikan Spanyol ke abad ke-19.” Supermarket kehabisan stok karena warga berbondong-bondong membeli air dan makanan. Bagi 10% populasi Eropa yang hidup dalam kemiskinan energi, menurut Badan Energi Internasional, krisis ini bukan sekadar gangguan—ini adalah bencana.

Di pedesaan Portugal seperti Alentejo, dampaknya lebih parah. Eurostat menunjukkan risiko kemiskinan di wilayah pedesaan mencapai 23,8%, jauh di atas wilayah urban. Petani kecil kehilangan hasil panen yang disimpan di gudang berpendingin, tanpa asuransi atau cadangan dana. Sementara itu, Lisbon yang berkilau sudah kembali menyala, menyoroti ketimpangan yang mencolok. Eropa yang satu, yang diagungkan von der Leyen, ternyata terbagi: kota vs. desa, kaya vs. miskin.

Apa respons para pemimpin? Sánchez dan Emmanuel Macron berjanji memperkuat jaringan listrik. Penting, tapi itu solusi jangka panjang. The New York Times melaporkan metro Lisbon dan bandara lumpuh, dengan lampu lalu lintas mati, memperburuk kekacauan. Tidak ada pengumuman dana darurat untuk mendistribusikan makanan atau generator ke rumah tangga miskin. Padahal, di Spanyol, 26,5% warga berjuang dengan kemiskinan, dan banyak yang tidak mampu membeli kebutuhan dasar.

Eropa punya sejarah mengutamakan sistem di atas manusia. Saat krisis migran 2015, fokusnya adalah perbatasan, bukan nyawa pengungsi. Kini, ketika listrik padam, prioritas adalah trafo, bukan lansia yang kehilangan pemanas atau penyandang disabilitas yang bergantung pada peralatan medis. The Guardian mencatat masyarakat Spanyol membeli air dan makanan kaleng secara panik, tapi bagi kelompok miskin, “membeli” bukanlah pilihan—mereka hanya bisa menunggu dalam gelap.

Bulgaria, dengan 30% warganya berisiko kemiskinan, adalah cerminan ekstrem dari masalah ini. Jika pemadaman melanda Sofia, komunitas Roma di permukiman kumuh akan paling menderita, tanpa akses listrik bahkan di hari normal. Tapi Bulgaria jauh dari radar elit Brussel. Von der Leyen lebih sibuk menangani geopolitik AS daripada memikirkan bagaimana krisis energi memperlebar jurang ketimpangan di Eropa Timur, tempat kemiskinan adalah kenyataan sehari-hari.

Kemarahan di X bukan sekadar keluhan; ini adalah tuduhan terhadap Eropa yang gagal mempraktikkan solidaritasnya. Seorang pengguna menulis, “Eropa bilang kita satu, tapi yang miskin dibiarkan sendiri.” CNN melaporkan antrean panjang di toko-toko Lisbon, dengan warga berebut barang kebutuhan. Bagi kelompok rentan, antrean itu sia-sia—tanpa uang, mereka pulang dengan tangan kosong. Solidaritas Eropa, yang begitu lantang di pidato, ternyata hanya untuk yang mampu.

Bandingkan dengan krisis lain. Saat pandemi, Eropa meluncurkan dana pemulihan 750 miliar euro. Tapi untuk pemadaman ini, tidak ada dana darurat untuk kelompok miskin. Reuters melaporkan kerusakan ekonomi yang signifikan, tapi dampak manusiawi—lansia tanpa pemanas, keluarga tanpa makanan—hampir tak dibahas. Padahal, 21,4% warga UE hidup dalam risiko kemiskinan, dan krisis energi seperti ini memperburuk penderitaan mereka.

Eropa punya kesempatan untuk berubah. Dana darurat, seperti yang digunakan saat pandemi, bisa menyelamatkan kelompok rentan. Investasi infrastruktur harus adil, tidak hanya untuk kota-kota besar, tapi juga untuk Alentejo atau pedesaan Bulgaria. Suara publik di X, yang menuntut keadilan, harus didengar. Tapi ini butuh kemauan politik, sesuatu yang tampaknya lenyap dari koridor-koridor kekuasaan di Brussel, di mana kabel lebih penting daripada manusia.

Ironisnya, Eropa yang bangga dengan “nilai kemanusiaannya” justru menunjukkan wajah dinginnya. Von der Leyen dan para pemimpin mungkin akan merayakan ketika listrik kembali menyala, tapi bagi jutaan warga miskin, krisis ini bukan sekadar listrik yang padam—ini adalah hidup mereka yang dibiarkan redup. Solidaritas Eropa, yang diagungkan dalam pidato megah, ternyata hanya kilau kosong, seperti lampu neon di kota-kota yang sudah kembali terang.

Apa pelajaran dari semua ini? Eropa tidak akan berubah sampai elitnya melihat warga miskin sebagai manusia, bukan angka. Setiap pemadaman listrik adalah cermin yang menunjukkan wajah sejati Eropa: megah di permukaan, retak di dalamnya. Dan jutaan warga, dari Lisbon hingga Sofia, terus menunggu dalam gelap, berharap Eropa benar-benar menjadi rumah bagi semua, bukan hanya untuk yang privilege.

 

Daftar Pustaka

  1. Al Jazeera. (2025, April 29). Massive power outage hits Spain, Portugal, and parts of France. Al Jazeera. https://www.aljazeera.com/news/2025/4/29/massive-power-outage-hits-spain-portugal-and-parts-of-france
  2. (2025, April 29). Power blackout disrupts life in southern Europe, leaving millions in the dark. CNN. https://www.cnn.com/2025/04/29/europe/power-blackout-southern-europe
  3. (2024, Oktober). Living conditions in Europe: Poverty and social exclusion. Eurostat. https://ec.europa.eu/eurostat/statistics-explained/index.php?title=Living_conditions_in_Europe_-_poverty_and_social_exclusion
  4. (2025, Mei 1). Southern Europe blackout highlights need for stronger power grid. Euronews. https://www.euronews.com/2025/05/01/southern-europe-blackout-highlights-need-for-stronger-power-grid
  5. International Energy Agency. (2024). Energy poverty in Europe: Key findings. International Energy Agency. https://www.iea.org/reports/energy-poverty-in-europe
  6. (2025, April 30). Seven dead in Spain as power outage continues to disrupt region. Reuters. https://www.reuters.com/world/europe/seven-dead-spain-power-outage-2025-04-30
  7. The Guardian. (2025, April 29). Southern Europe plunged into chaos by unprecedented power outage. The Guardian. https://www.theguardian.com/world/2025/apr/29/southern-europe-power-outage-chaos
  8. The New York Times. (2025, April 29). Mass blackout in southern Europe causes widespread disruption. The New York Times. https://www.nytimes.com/2025/04/29/world/europe/southern-europe-blackout.html

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *