Connect with us

Opini

Eropa Di Ujung Tanduk

Published

on

Uni Eropa, dengan segala angkuhnya, merasa sebagai jantung peradaban Barat, namun sekarang, mereka tengah terjebak dalam dilema apakah mereka akan selamat atau terguling dari panggung dunia. Laporan terbaru dari Munich Security Report 2025 menyatakan bahwa Eropa menghadapi “badai sempurna.” Dan siapa yang bisa membantah itu? Eropa kini seolah tengah menari di atas tepi jurang sambil memakai sepatu hak tinggi.

Ketika Rusia menggoyang-goyang gerbang keamanan Eropa dengan agresi di Ukraina, Uni Eropa terkejut—bukan oleh perang itu, tapi oleh fakta bahwa mereka hampir tidak siap. Laporan tersebut dengan gamblang mengatakan bahwa “perang Rusia menghancurkan arsitektur keamanan Eropa.” Memangnya, apa yang dipikirkan Eropa selama ini? Mungkin mereka terlalu sibuk mengurus ekonomi digital dan peraturan lingkungan yang bahkan tidak ada hubungannya dengan pertahanan.

Lalu ada Donald Trump yang kembali mengisi Gedung Putih. Bagaimana bisa AS yang dipimpin oleh orang dengan kemampuan diplomasi seperti Trump berpotensi membawa Eropa ke jurang ketidakpastian? Bukankah Eropa harusnya bisa menahan dirinya tanpa menunggu bantuan dari seorang presiden yang lebih tertarik membuat menteri luar negeri pusing daripada membela sekutu-sekutunya? Trump yang menuntut agar NATO menaikkan belanja pertahanan menjadi 5% GDP hanyalah lelucon mahal yang dihadapi Eropa. Siapa yang bilang mereka bisa memenuhi itu?

Tentu, untuk Eropa yang sangat efisien dalam hal administrasi dan regulasi, pertanyaan tentang bagaimana menambah anggaran pertahanan dengan mengorbankan kesejahteraan sosial dan infrastruktur publik pasti akan menjadi debat panjang. Dengan kebutuhan mencapai €500 miliar dalam sepuluh tahun ke depan, apakah Eropa benar-benar siap untuk berinvestasi dalam pertahanan? Mungkin mereka lebih suka membeli pengaruh dengan menebar janji hijau dalam perdagangan karbon daripada membeli pesawat tempur atau peluru yang sebenarnya diperlukan.

Sementara itu, Trump dengan kebijakan proteksionisnya kembali menaikkan tarif, berencana mengenakan tarif 25% pada baja dan aluminium dari Eropa. Perang dagang antara AS dan China mempengaruhi Eropa seperti badai yang tak terhindarkan. China, yang tidak peduli dengan ekonomi Eropa, akan dengan senang hati membanjiri pasar dengan produk murah. Dan jika Eropa berpikir mereka bisa keluar dengan senyuman dari situasi ini, mereka hanya perlu melihat ke kaca spion dan bertanya-tanya apakah mereka tertinggal di belakang.

Namun, masalah terbesar Eropa mungkin bukanlah dari luar, tetapi dari dalam. Sebuah laporan menyebutkan bahwa “sayap kanan” semakin kuat di negara-negara besar Eropa. Sungguh luar biasa, di tengah krisis eksistensial ini, Eropa malah memilih untuk berperang dengan dirinya sendiri. Sayap kanan yang menguasai pemerintahan di tujuh negara Eropa seperti kanker yang menggerogoti kesatuan yang pernah menjadi kebanggaan mereka. Jika mereka berlanjut dengan cara ini, mungkin yang akan mereka dapatkan adalah Eropa yang terpecah belah, lebih mirip sebuah kelompok negara kecil yang hanya bisa berteriak satu sama lain tanpa kesepakatan.

Dengan semua kekacauan ini, Eropa masih berharap bisa tampil sebagai pahlawan dunia. Tetapi dengan ekonomi yang rapuh, politik yang terpecah, dan ancaman dari luar yang terus menghantui, mereka terlihat seperti seseorang yang masih berusaha menyeimbangkan cangkir teh di tengah badai. Jika mereka tidak segera bangun dari kenyataan, mereka akan lebih cepat tenggelam daripada yang mereka bayangkan. Di ujung tanduk, satu langkah saja bisa membuat mereka jatuh ke dalam jurang ketidakpastian yang dalam.

Eropa memang berada di persimpangan, di mana mereka harus memutuskan: terus bertahan dengan kebijakan pragmatis yang gagal, atau merumuskan strategi baru yang bisa membawa mereka keluar dari tepi jurang. Tanpa langkah konkret untuk menyatukan diri mereka, memperkuat pertahanan, dan menghadapi ancaman ekonomi yang lebih besar, Eropa bukan lagi benteng peradaban. Mereka hanya akan menjadi kenangan indah dari kejayaan yang hilang.

Di ujung tanduk, Eropa tak bisa terus berdalih. Sekarang adalah masanya untuk memilih. Jika tidak, kita semua akan menonton pertunjukan tragis Eropa yang tak lagi mampu menjaga kejayaannya sendiri.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *