Opini
Eropa di Antara Putin dan Trump: Maju Kena, Mundur Kena

Harga gas Uni Eropa melonjak hampir empat kali lipat dalam tiga tahun terakhir, sementara para pemimpin benua itu terus berpidato tentang ketahanan energi. Uni Eropa, klub eksklusif negara-negara maju yang dulu menggurui dunia soal ekonomi dan demokrasi, kini sibuk memborong gas dari Rusia yang mereka sendiri kecam habis-habisan. Sebuah ironi yang hanya bisa dikalahkan oleh absurditas politiknya sendiri.
Di atas panggung diplomasi, mereka berkhotbah tentang sanksi dan solidaritas, tetapi di belakang layar, kapal tanker LNG Rusia terus berdatangan. Mereka menutup pipa dari Rusia dengan satu tangan, sementara tangan lainnya menandatangani kontrak pembelian gas yang lebih mahal. Ini seperti pria kaya yang menceraikan istrinya, tetapi tetap meminta bekal makan siang darinya setiap hari.
Uni Eropa mungkin adalah satu-satunya kekuatan besar yang bisa menciptakan jebakan bagi dirinya sendiri. Mereka ingin merdeka dari energi Rusia, tetapi justru meningkatkan ketergantungan pada LNG Moskow. Bahkan, menurut Eurostat, pangsa LNG Rusia di pasar Uni Eropa naik dari 11% menjadi 22% dalam dua tahun. Jika ini bukan ketergantungan, lalu apa namanya?
Mereka juga tak bisa berharap banyak dari Amerika Serikat. Trump telah kembali, dan bagi Uni Eropa, ini bukan sekadar berita buruk, ini adalah bencana yang tertunda. Trump memandang Eropa bukan sebagai sekutu, tetapi sebagai parasit yang harus belajar membayar biaya keamanannya sendiri. Jika dulu Eropa bisa bersembunyi di balik NATO, kini mereka harus menghadapi kenyataan bahwa perlindungan itu tak lagi gratis.
Dengan Rusia sebagai monster Scylla, makhluk dalam mitologi Yunani yang menelan pelaut yang terlalu dekat, di satu sisi, dan Trump sebagai pusaran Charybdis, arus laut mematikan yang menghisap kapal ke kedalaman, di sisi lain, Uni Eropa terjebak dalam dilema yang mereka ciptakan sendiri. Mereka bisa tetap keras kepala dan membiarkan rakyatnya menggigil di musim dingin atau mereka bisa mengakui bahwa ide untuk sepenuhnya berpisah dari energi Rusia adalah khayalan.
Dulu mereka menertawakan negara-negara dunia ketiga yang harus bernegosiasi dengan pemimpin otoriter demi gas dan listrik. Sekarang, mereka dalam posisi yang sama. Mereka harus berurusan dengan Putin yang mereka anggap sebagai musuh, sekaligus menghadapi Trump yang bisa kapan saja menarik pasukan NATO dan membiarkan mereka mengurus pertahanan sendiri. Dunia berputar begitu cepat.
Sekarang Eropa bahkan tidak bisa berbuat banyak terhadap Ukraina. Jika Trump benar-benar menarik bantuan militer ke Kyiv, pertahanan Ukraina akan goyah. Dan jika Ukraina goyah, Eropa akan kembali ke skenario yang paling mereka takuti: ketergantungan penuh pada Washington yang tak lagi peduli, atau kembali bernegosiasi dengan Rusia yang tak punya alasan untuk memberi mereka harga murah.
Eropa mungkin akan terus berpura-pura bahwa mereka adalah blok ekonomi yang solid dan berdaulat, tetapi kenyataannya mereka tak lebih dari kapal tanpa nahkoda. Seperti negara dunia ketiga yang harus memilih antara tunduk pada kekuatan asing atau menghadapi krisis ekonomi dan energi, Uni Eropa sekarang hanyalah versi mahal dari nasib yang biasa dialami negara-negara berkembang.
Mereka bisa terus bermain dengan sanksi, tetapi itu hanya akan membuat harga energi mereka semakin mahal. Mereka bisa terus berkoar tentang kemandirian, tetapi faktanya mereka tetap mengandalkan AS untuk keamanan dan Rusia untuk energi. Mereka bisa berpura-pura sebagai mercusuar peradaban, tetapi di balik semua retorika, mereka hanyalah pelanggan yang tak punya pilihan lain.
Uni Eropa kini belajar bahwa menjadi kaya dan maju bukan jaminan bahwa mereka akan bebas dari ketergantungan dan manipulasi. Dulu mereka menggurui dunia soal demokrasi dan ekonomi pasar bebas, tetapi sekarang mereka justru harus belajar dari negara-negara dunia ketiga tentang cara bertahan di tengah permainan geopolitik yang tidak adil. Mungkin inilah saatnya mereka berhenti menasihati dunia dan mulai belajar bagaimana rasanya hidup tanpa kendali atas nasib sendiri.