Opini
Eropa Bangkit Melawan Trump?

Komisi Eropa, dengan keberanian setengah hati, menyatakan akan mengambil tindakan untuk melindungi kepentingan Uni Eropa setelah Donald Trump mengumumkan tarif baru pada baja dan aluminium. Tapi tunggu, mereka harus menunggu klarifikasi lebih lanjut! Seperti raksasa yang terbangun dari tidur panjang, Eropa kini sibuk menggosok matanya, mencoba memahami apakah ini mimpi buruk atau kenyataan pahit yang harus ditelan.
Trump, seperti biasa, melempar keputusan tanpa banyak basa-basi. Dengan semangat proteksionisme ala abad ke-19, ia memutuskan untuk mengenakan tarif 25% pada semua impor baja dan aluminium. Ini bukan sekadar kebijakan dagang, ini deklarasi perang ekonomi. Namun, Eropa tampaknya baru menyadari bahwa mereka masih berada di meja perundingan, bukannya di medan perang.
Uni Eropa, dengan nada serius namun tetap menghindari konflik langsung, menyatakan bahwa mereka tidak melihat alasan yang sah untuk tarif ini. Tentu saja, Eropa selalu melihat dirinya sebagai korban suci dalam setiap permainan ekonomi global. Tapi saat ini, mereka mengancam akan bertindak! Akan melawan! Akan… menunggu lebih banyak klarifikasi sebelum benar-benar bergerak.
Jika ini terdengar seperti deja vu, itu karena ini pernah terjadi sebelumnya. Pada 2018, Trump melakukan hal yang sama, dan Uni Eropa bereaksi dengan langkah-langkah balasan yang luar biasa dramatis: tarif pada bourbon dan Harley Davidson! Seakan-akan mengancam ekonomi Amerika dengan menghentikan aliran minuman keras dan motor gede adalah strategi perang ekonomi yang benar-benar ditakuti Washington.
Perancis pun ikut bersuara melalui Menteri Luar Negeri Jean-Noel Barrot, yang memperingatkan bahwa Uni Eropa akan membalas setiap tarif yang diberlakukan. Sangat patriotik. Sangat heroik. Namun, kenyataan berbicara lain: Eropa saat ini bukanlah kekuatan ekonomi yang siap tempur. Mereka masih berkutat dengan inflasi, krisis energi, dan ketergantungan yang semakin besar pada ekonomi luar.
Macron pun tak ketinggalan. Dalam wawancara dengan CNN, ia mengingatkan Trump bahwa masalah utama AS adalah China, bukan Uni Eropa. Ah, betapa bijaksananya. Eropa kini berperan sebagai guru moral dunia, mengingatkan Amerika siapa musuh yang sebenarnya, sambil berharap mereka tidak menjadi korban kebijakan Trump selanjutnya.
Di belahan dunia lain, Australia, yang lebih realistis, memilih jalur negosiasi. Menteri Perdagangan Don Farrell sibuk melobi agar Australia mendapatkan pengecualian, seperti yang mereka dapatkan pada masa Trump sebelumnya. Tidak ada ancaman balasan, tidak ada pidato berapi-api. Mereka tahu permainan ini, dan mereka memainkannya dengan kepala dingin.
Sementara itu, Uni Eropa masih dalam tahap mempertimbangkan respons yang tepat. Mungkin mereka akan memilih barang-barang Amerika lainnya untuk dikenai tarif, seperti kacang atau kaus bertuliskan ‘Make America Great Again’. Atau mungkin mereka akan mengeluarkan pernyataan tegas lainnya, dengan ancaman yang terdengar mengintimidasi, tetapi tetap menunggu ‘klarifikasi lebih lanjut’ sebelum benar-benar bertindak.
Masalahnya, Eropa tidak dalam posisi untuk perang dagang besar-besaran. Mereka tidak memiliki keunggulan ekonomi yang cukup untuk menggertak Washington. Namun, karena gengsi, mereka harus menunjukkan bahwa mereka tidak bisa diinjak-injak. Maka, solusi terbaik? Tarik napas dalam-dalam, keluarkan ancaman-ancaman retoris, lalu lihat apakah Trump akan berubah pikiran.
Ironinya, di tengah perdebatan tarif ini, perusahaan baja Australia yang beroperasi di AS justru melihat saham mereka naik. Kapitalisme memang absurd. Di satu sisi, Uni Eropa panik, di sisi lain, para pemilik modal tetap mengalirkan uangnya ke tempat yang menguntungkan. Jika ada yang kalah di sini, itu adalah buruh-buruh di industri baja Eropa, yang kini menghadapi ancaman nyata atas pekerjaan mereka.
Jadi, Eropa bangkit melawan Trump? Atau Eropa hanya memainkan sandiwara untuk menjaga harga diri di panggung global? Retorika bisa menggelegar, tetapi pada akhirnya, realitas akan berbicara. Uni Eropa mungkin akan mengenakan tarif baru pada beberapa produk Amerika, mungkin akan mengancam lebih banyak, tetapi akankah mereka benar-benar berani menghadapi perang dagang dengan AS? Ataukah ini semua hanya drama lain dalam episode panjang hubungan transatlantik yang selalu penuh dengan cekcok dan kompromi?
Trump mungkin mengacaukan tatanan ekonomi global dengan satu pernyataan. Namun, Eropa, dengan segala ancaman dan retorikanya, tetap terlihat seperti kekuatan yang lebih suka bermain aman ketimbang benar-benar bertarung. Dan sementara mereka menunggu ‘klarifikasi lebih lanjut’, Trump mungkin sudah merencanakan kebijakan proteksionisme berikutnya. Game over, Eropa?