Connect with us

Opini

Benarkah Jika Sandera Israel Bebas, Damai Akan Terwujud di Gaza?

Published

on

Oleh: Lutfi Awaludin Basori

Gedung Putih kembali menunjukkan kepiawaiannya menciptakan narasi yang menyederhanakan konflik paling kompleks di dunia. Dalam pernyataan yang seolah penuh empati, mereka menyebut perang Gaza akan berakhir “besok pagi” jika Hamas bersedia membebaskan sandera. Pernyataan ini, meski terdengar meyakinkan, tak lebih dari upaya manipulatif untuk mengalihkan perhatian dari kenyataan tragis yang sedang terjadi.

Perang yang telah menelan sedikitnya 44,382 nyawa warga Palestina dan melukai lebih dari 105,142 lainnya tiba-tiba diringkas menjadi isu pembebasan sandera. Gedung Putih mengabaikan bom-bom Israel yang menghancurkan rumah sakit, sekolah, dan kamp pengungsian, serta penderitaan warga sipil yang terperangkap dalam kekejaman tanpa akhir. Semua itu seolah lenyap di bawah narasi tunggal yang menyalahkan Hamas.

Narasi ini secara sinis meminggirkan fakta bahwa serangan terhadap Gaza adalah bagian dari pola panjang penindasan terhadap rakyat Palestina. Blokade yang telah membuat Gaza menjadi penjara terbuka selama lebih dari satu dekade tidak disebutkan. Ribuan anak-anak yang tewas tidak mendapat perhatian. Sebaliknya, semua diubah menjadi cerita heroik tentang “misi penyelamatan sandera,” meski bom terus menghujani mereka yang tidak bersalah.

Pernyataan ini adalah propaganda yang mencolok. Video sandera yang dirilis Hamas dijadikan alasan untuk membenarkan serangan militer Israel yang brutal. Gedung Putih secara sepihak mengabaikan akumulasi kejahatan perang yang dilakukan Israel, mengalihkan perhatian dunia dari genosida yang terjadi di depan mata kita.

Kalkulator moral Gedung Putih tampaknya hanya menghitung nyawa tertentu. Apakah 240 sandera lebih berarti daripada puluhan ribu orang yang tewas, termasuk anak-anak yang terbakar di bawah puing-puing? Pernyataan ini menunjukkan bahwa dalam konflik ini, nyawa Palestina dianggap tidak penting.

Jika Gedung Putih benar-benar peduli pada perdamaian, mereka akan menyerukan penghentian serangan terhadap warga sipil, membuka blokade, dan mengupayakan solusi yang adil. Namun kenyataannya, narasi yang mereka tawarkan bukanlah jalan menuju perdamaian. Ini hanyalah dalih untuk melanggengkan kekerasan, memastikan dukungan tanpa syarat terhadap Israel tetap berlangsung, dan menjaga stabilitas politik mereka sendiri.

Dengan pernyataan ini, Gedung Putih tidak hanya menunjukkan biasnya, tetapi juga memperlihatkan betapa minimnya komitmen mereka terhadap kemanusiaan yang sejati. Damai yang mereka tawarkan hanyalah ilusi, sebuah sandiwara politik yang dimainkan di atas penderitaan rakyat Palestina. Di dunia di mana nyawa bisa dikorbankan demi retorika, Gedung Putih telah membuktikan bahwa kemanusiaan sering kali kalah oleh kepentingan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *