Connect with us

Opini

AS Gelontorkan $8 M untuk Israel, Gaza Terus Berdarah

Published

on

The Biden administration baru saja mengajukan proposal penjualan senjata senilai $8 miliar kepada Israel. Menurut laporan the Jerusalem Post, paket ini mencakup rudal udara-ke-udara, bom berdaya ledak tinggi, peluru artileri, hingga hulu ledak, semuanya dirancang untuk “pertahanan.” Tidak ada yang lebih ironis daripada mendefinisikan paket penghancuran massal ini sebagai alat untuk melindungi. Dengan anggaran sebesar itu, mungkin Washington ingin membangun kembali Gaza, bukan menghancurkannya lagi. Namun, mari kita realistis—rudal tampaknya lebih menarik bagi mereka dibandingkan memperbaiki infrastruktur yang sudah diratakan tanah.

Sejak Oktober lalu, setidaknya 45.658 warga Palestina telah kehilangan nyawa mereka, termasuk 77 dalam 24 jam terakhir. Serangan tak henti-hentinya telah menciptakan 108.583 korban luka-luka. Angka-angka ini bukan hanya statistik; mereka adalah nyawa manusia yang direnggut oleh rudal yang disebut-sebut sebagai “pertahanan.” Dalam 24 jam terakhir saja, delapan keluarga dimusnahkan dalam apa yang disebut kementerian kesehatan Gaza sebagai “pembantaian.”

Tetapi siapa peduli dengan itu semua? Toh, ini hanyalah korban dari konflik yang disponsori oleh uang pajak rakyat Amerika. Selama Israel bisa “membela diri,” mengapa harus ada yang peduli dengan anak-anak yang tewas atau rumah-rumah yang diratakan? Diplomasi rupanya sudah ketinggalan zaman; sekarang adalah eranya bom kecil, bom besar, dan segala hal yang bisa meledak lebih keras.

$8 miliar adalah angka yang cukup besar untuk menutupi banyak kebutuhan domestik di AS—mungkin pendidikan gratis, layanan kesehatan universal, atau bahkan menanggulangi tunawisma. Tetapi tidak, uang ini lebih baik diinvestasikan dalam bom untuk “keamanan” Israel. Sangat provokatif jika membayangkan bahwa pemerintah AS tampaknya lebih peduli dengan melindungi jet tempur Israel dari ancaman drone daripada melindungi rakyatnya sendiri dari inflasi atau krisis perumahan.

Retorika yang digunakan untuk membenarkan ini juga tidak kalah menjengkelkan. “Israel memiliki hak untuk membela diri,” kata seorang pejabat AS, seolah-olah Gaza adalah ancaman eksistensial bagi salah satu kekuatan militer terbesar di dunia. Lalu, bagaimana dengan hak warga Gaza untuk hidup? Apakah mereka tidak berhak untuk bertahan dari bom yang menghujani rumah mereka?

Dampaknya tidak hanya pada nyawa yang hilang, tetapi juga pada kehancuran total infrastruktur Gaza. Rumah sakit kewalahan, sekolah hancur, dan pasokan makanan hampir habis. Namun, ini mungkin hanya dianggap sebagai “kerusakan kolateral” oleh mereka yang menyetujui transaksi ini. Karena, pada akhirnya, siapa peduli dengan sebuah wilayah kecil yang tidak memiliki lobi kuat di Washington?

Paket senjata senilai $8 miliar ini adalah penghinaan bagi siapa saja yang masih percaya pada nilai kemanusiaan. Ini bukan tentang “pertahanan”; ini adalah tentang mendanai siklus kekerasan tanpa akhir. Washington telah menjadi penginjil senjata global, menyebarkan “kedamaian” dengan rudal dan bom. Dan selama dunia tetap diam, roda penghancuran ini akan terus berputar, menghancurkan tidak hanya Gaza tetapi juga hati nurani umat manusia.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *