Connect with us

Opini

Apa Kabarmu, Gaza?

Published

on

Oleh: Lutfi Awaludin Basori

Apa kabarmu, Gaza? Masihkah kau di sana, berjuang bertahan di tengah puing-puing yang dulu kau sebut rumah? Kami di sini, jauh darimu, duduk nyaman sambil menonton berita. Tapi sayang, itu bukan tentangmu. Gaza tak lagi menjadi cerita utama. Dunia telah beralih, perhatian mereka kini tertuju pada konflik lain. Maafkan kami, deritamu dianggap seperti hujan di musim penghujan—datang rutin, menggenang sesaat, lalu dilupakan.

Donasi ke Vichara via Saweria

Dukung Vichara dengan berdonasi 💛

Kami mendengar kabar bahwa kau sedang dihukum lapar. Anak-anakmu menangis kelaparan, ibumu mengais sisa makanan di antara reruntuhan. Zionis menyebutnya strategi. Entah strategi apa yang membenarkan kebijakan memblokade manusia hingga mati perlahan. Tak ada peluru kali ini, Gaza. Mereka hanya menunggu kau menyerah, menunggu kau kehabisan makanan, air, dan harapan.

Tapi lihatlah dunia, Gaza. Perhatian mereka tidak lagi untukmu. Mereka sibuk memperbincangkan perebutan kekuasaan di Suriah, membuat narasi dramatis tentang intrik politik dan kepentingan geopolitik. Mereka lebih tertarik mengupas konflik yang melibatkan aktor-aktor besar dunia, daripada menyoroti deritamu yang terus berlangsung tanpa jeda. Bagimu, hanya ada sunyi.

Maafkan kami, Gaza. Mungkin kami terlalu terbiasa dengan ceritamu. Deritamu seperti berita lama yang kehilangan daya kejutnya. Lagi-lagi rumahmu hancur. Lagi-lagi anak-anakmu tewas. Lagi-lagi dokter-doktermu gugur saat menyelamatkan yang terluka. Kami terlalu sering mendengar ini hingga tak lagi merasa. Barangkali, penderitaanmu kini tak cukup untuk membuat dunia tersentak.

Kau tahu, Gaza? Dunia ini telah memutuskan bahwa perhatian mereka lebih pantas untuk hal lain. Ada perang baru yang lebih “menggiurkan” untuk diberitakan. Ada selebriti yang tersandung skandal, ada politikus yang bertengkar, ada hal-hal lain yang dianggap lebih penting daripada nyawamu. Dunia lupa, Gaza. Mereka lupa bahwa kau masih berdarah, masih menangis, masih berharap dunia menoleh.

Tapi bisakah kami menyalahkan mereka sepenuhnya? Media-media besar telah menjadikanmu kisah usang. Mereka lebih memilih konflik yang segar, lebih cocok untuk dijadikan headline. Gaza, deritamu kini hanya angka-angka: 86 persen infrastruktur hancur, 160 ribu rumah rata dengan tanah, lebih dari seribu dokter dan perawat tewas. Mereka lupa, angka itu adalah manusia.

Kami tahu, Gaza, kau tidak akan menyerah. Kau selalu bertahan, meski dunia menutup mata. Kau tetap hidup, meski mereka berusaha memadamkanmu. Tapi sampai kapan kau harus bertahan sendirian?

Kami malu pada dirimu, Gaza. Kami malu karena tak mampu melakukan lebih dari sekadar menulis dan berbicara. Kami malu karena dunia ini telah memilih untuk memalingkan wajahnya darimu. Tapi satu hal yang ingin kami katakan, Gaza: kami tidak akan diam. Meski suara kami kecil, meski langkah kami lambat, kami akan terus menyebut namamu.

Apa kabarmu, Gaza? Kami tahu jawabannya. Kau tidak baik-baik saja. Tapi meski dunia meninggalkanmu, ada hati-hati yang tetap peduli. Ada jiwa-jiwa yang akan terus berjuang untuk mengingatkan dunia bahwa kau masih di sini. Gaza, percayalah, suatu hari nanti, keadilan akan mengetuk pintumu.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Populer