Connect with us

Opini

Angka Kematian Gaza: Terungkap, Kerusakan Lebih Besar dari Data

Published

on

Sebuah laporan baru yang dipublikasikan oleh The Lancet dengan cermat mengungkapkan sesuatu yang tak terungkap sebelumnya: jumlah kematian akibat serangan Israel di Gaza selama sembilan bulan pertama konflik ini kemungkinan lebih tinggi 41 persen daripada yang tercatat. Wow, siapa yang mengira? Angka ini bahkan belum termasuk mereka yang terjebak dalam reruntuhan, atau yang mati karena kelaparan dan penyakit akibat kelaparan. Data ini memberi kita gambaran jelas tentang bagaimana dunia lebih suka menghitung kematian yang “terlihat” dan melupakan yang “tak terlihat”.

Memang, siapa yang peduli dengan angka-angka yang lebih tinggi ketika kita bisa memusatkan perhatian pada angka-angka yang lebih bersih dan lebih dapat dikelola? Dunia internasional tentu lebih suka melihat statistik yang “terkendali”, angka kematian yang memadai untuk sebuah laporan, dan tentunya tidak melampaui angka yang bisa mereka hadapi dengan rasa simpati. Sehingga, ketika The Lancet menyebutkan bahwa 64.260 orang tewas akibat cedera traumatis—itu masih jauh dari yang sesungguhnya. Tapi kenapa harus peduli tentang angka yang lebih besar, bukan?

Begitu pula, fokusnya tetap pada kematian akibat cedera fisik langsung. Kita tentu tak perlu terlalu mengkhawatirkan mereka yang mati karena kekurangan makanan, air, atau karena tumpukan puing yang tak bisa digali. Ini masalah “tersembunyi” yang lebih mudah diabaikan oleh dunia luar. Toh, kehidupan warga Gaza hanya terhitung dalam hitungan cepat—dan kenapa kita harus membiarkan perasaan kita tergerak oleh angka yang lebih banyak, yang mungkin saja mengguncang stabilitas politik yang sudah mapan?

Mengabaikan data lebih besar ini berarti menutupi kerusakan yang lebih dalam dari yang terlihat. Dampak yang ditimbulkan Israel mungkin jauh lebih besar daripada yang dilaporkan. Jika kita benar-benar melihat gambar utuhnya, kita akan menemukan fakta bahwa ini bukan hanya tentang jumlah korban tewas di rumah sakit. Ada anak-anak yang kehilangan masa depan mereka, lansia yang mati sendirian, dan perempuan yang dibunuh dengan cara yang sangat brutal. Namun angka-angka ini sengaja tidak diungkapkan secara jelas. Dunia lebih suka melihat angka yang dapat dikendalikan.

Lebih buruk lagi, mengabaikan jumlah korban yang lebih tinggi ini berarti meredam kecaman terhadap kekejaman yang sebenarnya dilakukan oleh Israel. Jika kita menganggap angka yang tercatat adalah “cukup,” kita tak lagi memiliki ruang untuk menilai betapa luar biasa besarnya penghancuran yang dilakukan. Bagaimana kita bisa menganggap genosida ini sekadar “konflik” jika kita menutup mata terhadap semua kematian yang terjadi di luar catatan resmi? Angka itu adalah bagian dari kenyataan yang sangat mengerikan—yang harus kita terima dengan rasa sakit hati yang besar.

Dengan mencatat jumlah korban yang lebih rendah, dunia internasional merasa nyaman. Mereka bisa mengatakan “perang ini mungkin brutal, tapi masih ada harapan” atau “kami tidak bisa campur tangan lebih jauh.” Mengurangi jumlah kematian memberi mereka ruang untuk merasa tidak bersalah. Tapi jika angka itu dihitung dengan benar—jika kita mengakui bahwa setiap orang yang mati, setiap orang yang kehilangan harapan, adalah akibat langsung dari kebijakan yang sangat brutal—maka kita harus mulai bertanya: apa yang telah kita biarkan terjadi?

Dunia telah memilih untuk tetap tidak tahu tentang kerusakan yang jauh lebih besar dari yang bisa dihitung. Faktanya, jika kita melihat lebih dalam ke dalam data yang lebih jujur, kita mungkin akan menemukan bahwa angka korban ini jauh lebih besar. Seiring waktu, kita akan menyadari bahwa apa yang dianggap sebagai “kekejaman kecil” sebenarnya adalah fenomena yang sangat besar, yang akan meninggalkan bekas luka untuk generasi-generasi yang akan datang. Gaza bukan hanya tentang angka-angka yang bisa dicatat; ini tentang kehidupan yang hancur, harapan yang musnah, dan keadilan yang terus diabaikan.

Mungkin kita harus berhenti mempercayai angka yang lebih kecil dan mulai menghadapi kenyataan bahwa kita hidup dalam dunia di mana kekejaman bisa disembunyikan dengan hitungan yang disesuaikan. Apakah kita benar-benar ingin menunggu sampai semua ini terbongkar dalam hitungan waktu yang lebih panjang, saat sudah terlalu banyak korban yang jatuh tanpa tercatat dalam sejarah?

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *