Feature
Beit Hanoun, Kota yang Tak Terlihat Tapi Mematikan

Malam di Beit Hanoun, Gaza, berubah menjadi ladang jebakan yang tidak terlihat oleh mata telanjang. Suara drone berputar-putar di langit, namun daratan tetap tak tersentuh. Tentara Israel melangkah dengan hati-hati, menyadari bahwa setiap sudut, setiap jalan, bisa menjadi perangkap mematikan yang diatur dengan presisi oleh kelompok perlawanan Hamas.
Di balik setiap dinding yang runtuh dan di bawah jalan yang tampak sunyi, jaringan bawah tanah milik Hamas berdenyut seperti labirin penuh rahasia. Di dalam kegelapan terowongan, mereka mengatur strategi, mengaktifkan alat peledak dari jauh, dan memilih momen tepat untuk menyerang. Tidak ada keberadaan fisik, hanya bayang-bayang yang terus membayangi pasukan Israel.
Setiap langkah maju terasa seperti masuk ke perangkap yang sudah dirancang sejak lama. Alat peledak ditanam di setiap sudut jalan, diaktifkan dengan presisi yang luar biasa. Ketika ledakan menghancurkan keheningan, pasukan penyelamat Israel dikejutkan oleh rentetan tembakan. Hamas tidak hanya menyerang; mereka mengontrol medan perang dengan strategi yang menghantui.
Jalanan sempit Beit Hanoun menjadi saksi bisu ketegangan ini. Kamera termal 360 derajat mengawasi setiap gerakan pasukan Israel. Tidak ada ruang untuk kesalahan. Hamas tahu kapan harus menahan diri dan kapan harus menyerang. Drone yang terbang rendah tidak menggoyahkan mereka; mereka menunggu sampai musuh mendekat sebelum mengaktifkan jebakan mereka.
Di atas permukaan, reruntuhan bangunan menjadi labirin penuh ancaman. Di bawahnya, jaringan terowongan Hamas memberikan tempat berlindung dan pangkalan operasi yang hampir tak tersentuh oleh serangan udara. Pasukan Israel menghadapi musuh yang tidak terlihat namun selalu ada. Keheningan sering kali lebih menakutkan daripada suara tembakan.
“Kami tidak dapat melihat mereka,” ujar salah satu tentara Israel, menggambarkan bagaimana Hamas berhasil menghilang dari pandangan. Untuk lebih dari seminggu, tidak ada kontak langsung dengan kelompok perlawanan. Namun setiap langkah mereka terasa seperti diawasi oleh mata-mata tak kasatmata. Ini bukan sekadar pertempuran, tetapi permainan catur mematikan.
Hamas menunjukkan bahwa mereka bukan hanya kelompok perlawanan, tetapi juga ahli dalam perang asimetris. Mereka menggunakan teknologi canggih, memanfaatkan setiap kelemahan pasukan Israel. Kamera-kamera kecil di sudut jalan dan terowongan mereka bukan hanya alat pengawasan, tetapi senjata untuk mengontrol ketakutan lawan.
Ketika ledakan mengguncang tanah, para tentara Israel harus menghadapi pilihan sulit: mundur atau terus maju di tengah ancaman yang tak kunjung reda. Namun bagi Hamas, ini adalah bagian dari taktik mereka. Mereka menciptakan medan perang yang tidak adil, di mana setiap langkah musuh membawa risiko yang lebih besar.
Kegelapan malam menutupi setiap pergerakan Hamas, memberikan mereka keuntungan yang tak terduga. Mereka bukan hanya bertempur untuk bertahan, tetapi juga untuk menunjukkan bahwa mereka mampu menghadapi pasukan dengan teknologi dan persenjataan yang jauh lebih canggih. Dalam bayang-bayang reruntuhan, mereka menjadi ancaman yang tak dapat diabaikan.
Di Beit Hanoun, Gaza, perang bukan hanya tentang siapa yang lebih kuat, tetapi siapa yang lebih sabar dan lebih cerdik. Hamas telah mengubah kota ini menjadi medan perang yang menakutkan, tempat di mana teknologi, strategi, dan keberanian berpadu menjadi satu. Setiap langkah maju bagi pasukan Israel adalah pengingat bahwa musuh mereka, meski tidak terlihat, selalu ada di sana.