Analisis
Strategi Licik Israel di Gaza Saat Gencatan Senjata

Laporan tentang rencana Israel yang melibatkan Uni Emirat Arab (UEA) dalam manajemen Gaza setelah gencatan senjata membuka tabir strategi terselubung yang sarat dengan kepentingan. Berdasarkan laporan Israel Hayom, UEA akan mengambil alih pengelolaan Gaza pasca perang, dengan syarat undangan dari rakyat Palestina. Namun, langkah ini tampaknya lebih didorong oleh agenda Israel untuk mengontrol Gaza secara halus.
Strategi ini menonjolkan kepentingan Israel untuk memastikan Gaza tetap berada dalam pengawasan ketat, meskipun secara nominal melalui pihak ketiga seperti UEA. Pernyataan Menteri Urusan Strategis Israel, Ron Dermer, menggarisbawahi pentingnya membuat rencana ini tampak tidak terkait langsung dengan Israel agar tidak kehilangan legitimasi. Ini adalah taktik untuk menciptakan narasi yang menguntungkan mereka.
Keputusan UEA untuk hanya bertindak berdasarkan undangan rakyat Palestina seolah memberikan harapan akan kedaulatan rakyat Gaza. Namun, jika ditelaah lebih jauh, hal ini dapat menjadi alat bagi Israel untuk memaksakan pihak lain jika UEA menolak mengambil peran. Dengan kata lain, Israel dapat mencari alternatif seperti PBB atau NGO untuk melegitimasi kontrol terselubungnya.
Israel tampaknya sangat berhati-hati dalam menyusun strategi ini. Dengan melibatkan Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar dalam pembentukan konsorsium keamanan, mereka memastikan adanya dukungan internasional terhadap rencana ini. Konsorsium ini juga menunjukkan adanya upaya untuk mengontrol pergerakan rakyat Palestina di Gaza melalui pengawasan ketat, termasuk pemeriksaan di pos-pos keamanan.
Melibatkan perusahaan keamanan swasta seperti Safe Reach Solutions dan UG Solutions dalam pengelolaan pos pemeriksaan juga menunjukkan pola kontrol militer yang tetap berlanjut, meski melalui pihak swasta. Hal ini semakin memperjelas bahwa rencana tersebut lebih merupakan bentuk penjajahan baru daripada upaya tulus untuk membangun kembali Gaza.
Pernyataan Netanyahu bahwa baik Hamas maupun Otoritas Palestina (PA) tidak akan diizinkan mengelola Gaza menjadi indikasi nyata dari niat Israel untuk menghapus peran utama aktor lokal. Dengan mengesampingkan Hamas, yang telah mendapat kepercayaan rakyat Gaza, Israel berupaya melemahkan perjuangan Palestina dan menyingkirkan kepemimpinan yang dianggapnya sebagai ancaman.
Diskusi ini membawa kita pada kesimpulan bahwa rencana Israel bukanlah sekadar upaya membangun kembali Gaza, melainkan strategi licik untuk mengontrol wilayah tersebut. Israel ingin memastikan Gaza tidak menjadi ancaman dengan dalih keamanan, namun pada dasarnya ini adalah langkah untuk menegaskan dominasi atas rakyat Palestina melalui metode non-militer.
Solusi untuk menggagalkan rencana ini terletak pada penguatan persatuan internal Palestina. Hamas, sebagai representasi utama di Gaza, harus didukung oleh rakyat dan faksi Palestina lainnya untuk memperkuat posisi mereka dalam menolak campur tangan eksternal. Persatuan ini akan menjadi tameng kuat untuk melawan strategi Israel yang memanfaatkan perpecahan internal.
Selain itu, dukungan internasional harus diarahkan untuk menegaskan kedaulatan Palestina atas Gaza. Negara-negara yang peduli pada perjuangan Palestina, termasuk di dunia Islam, harus mendesak PBB dan komunitas internasional agar tidak terlibat dalam rencana Israel yang bertentangan dengan kehendak rakyat Gaza. Hanya solusi yang berasal dari rakyat Gaza sendiri yang dapat diterima.
Gerakan solidaritas global juga perlu ditingkatkan untuk mengungkap rencana licik Israel ini. Kampanye boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) terhadap Israel harus diperluas untuk memberikan tekanan ekonomi dan politik. Selain itu, media internasional harus dimanfaatkan untuk menyuarakan aspirasi rakyat Gaza dan membongkar agenda terselubung Israel.
Israel tidak akan berhenti mencari cara untuk mengontrol Gaza, dan rencana ini hanyalah salah satu dari sekian banyak langkah licik yang mereka tempuh. Oleh karena itu, rakyat Palestina dan komunitas internasional harus tetap waspada dan bersatu dalam menghadapi ancaman ini. Kedaulatan Gaza harus tetap berada di tangan rakyatnya, tanpa campur tangan pihak yang membawa agenda tersembunyi.