Analisis
Seribu Dokter dan Perawat Dibunuh di Gaza: Apa yang Terjadi?

Di Gaza, ada sebuah cerita luar biasa tentang keberanian. Cerita tentang dokter dan perawat yang mengabdikan hidup mereka untuk menyelamatkan yang terluka, yang memilih untuk tetap di medan perang daripada bersembunyi di tempat aman. Mereka adalah para pahlawan, yang tak hanya melawan penyakit, tetapi juga melawan kekuatan yang lebih besar: kekuatan yang menyebut dirinya ‘demokrasi’ dan ‘keamanan’.
Tapi, tentu saja, kita tahu bahwa kisah seperti ini jarang mendapat perhatian. Tak ada yang lebih menggugah hati dibandingkan seorang dokter yang ditembak mati saat sedang merawat pasien. Tentu, itu adalah pemandangan yang sangat langka di dunia modern kita. Hanya di Gaza, tempat di mana rumah sakit adalah target serangan udara, dan para dokter menjadi sasaran peluru, kita bisa menyaksikan pahlawan sejati — yang malangnya, lebih banyak dikenang oleh kematian daripada oleh jasa-jasanya.
Bayangkan, lebih dari seribu dokter dan perawat — seribu! — dibunuh dengan kejam oleh Israel. Seribu nyawa yang seharusnya digunakan untuk menyelamatkan kehidupan, malah dihancurkan oleh serangan yang dengan bangga dijuluki “operasi keamanan”. Bukan hanya itu, ratusan lainnya dipenjara, disiksa, bahkan dieksekusi, dengan alasan yang sangat mulia: mereka ‘terlibat’ dalam menyelamatkan nyawa warga Gaza. Hebat, bukan?
Ah, dan jangan lupakan hal yang paling cerdas dari semuanya: rumah sakit dibom. Tentu, siapa yang lebih penting dalam sebuah perang selain orang-orang yang membantu merawat yang terluka? Orang-orang ini tak hanya menjadi target militer, mereka adalah simbol dari sesuatu yang harus dihancurkan — sebuah sistem yang menunjukkan bahwa manusia bisa bertahan meski dalam kondisi yang paling mengenaskan.
Lantas, kita harus apa? Diam? Menyaksikan serangan demi serangan yang menghancurkan rumah sakit dan merenggut kehidupan dokter dan perawat? Ataukah kita akan tetap bertepuk tangan untuk aksi terorisme yang terang-terangan dilakukan oleh Israel yang mengklaim membawa kedamaian? Mari kita renungkan: lebih dari seribu dokter dan perawat dibunuh tanpa belas kasihan oleh tentara yang katanya membawa kedamaian. Dan kita diam saja? Tidak! Ini adalah kebiadaban yang harus dikutuk dengan sekeras-kerasnya.
Kita tak bisa hanya melihat dan berdiam diri. Tindakan brutal seperti ini harus diberi respons tegas. Tindakan yang dilakukan oleh mereka yang merasa hak untuk membunuh, menghancurkan, dan menganiaya hanya karena mereka berpikir bahwa mereka bisa. Israel, dengan kekuasaannya yang terkadang menyalahgunakan keistimewaannya, telah melampaui batas. Mereka tidak hanya membunuh anak-anak dan wanita tak berdosa, mereka juga membunuh para pahlawan kemanusiaan — dokter dan perawat yang seharusnya dihormati, bukan diburu seperti hewan.
Dokter Kamal Adwan, yang terluka dalam serangan pada rumah sakitnya, tetap berjuang meski tubuhnya tergores oleh serpihan bom. “Saya akan terus merawat mereka, tidak peduli apa yang terjadi,” katanya. Begitu heroik, bukan? Seperti pahlawan yang memutuskan untuk terus berperang meskipun musuhnya sudah berada di pintu rumahnya. Namun, seperti yang kita semua tahu, tidak ada yang lebih berbahaya daripada seorang dokter yang bertekad menyelamatkan jiwa, apalagi jika dia berdiri di tengah-tengah medan perang yang sudah menjadi ladang pembantaian.
Sementara itu, di luar sana, kita bisa melihat orang-orang yang berbicara tentang ‘kemanusiaan’ dan ‘hak hidup’ sambil menahan nafas saat mendengar apa yang terjadi di Gaza. Dunia, seperti biasa, hanya bisa bertepuk tangan — menghargai keberanian kita dalam berbicara tentang apa yang salah tanpa benar-benar bertindak. Sungguh luar biasa!
Jadi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Tetap diam dan berlagak seolah kita tidak mendengar tangisan mereka? Atau kita akan berdiri dengan tegas, dengan kekuatan kita sebagai manusia, untuk mengatakan bahwa kita tidak akan membiarkan kejahatan ini terus berlanjut?
Mari kita ambil sikap. Karena jika kita terus membiarkan kebisuan ini berlanjut, maka kita telah berkontribusi dalam melanggengkan penderitaan yang tak berkesudahan. Gaza bukan hanya tempat yang jauh di ujung dunia; ini adalah panggilan untuk kemanusiaan kita semua.