Connect with us

Analisis

Penjara Hasakah: Titik Api Baru dalam Konflik Suriah

Published

on

Penjara Hasakah di timur laut Suriah kini menjadi panggung baru bagi konflik yang kompleks dan penuh intrik. Sejak jatuhnya pemerintahan Bashar al-Assad dan munculnya Hayat Tahrir al-Sham (HTS) sebagai kekuatan dominan di Damaskus, isu tahanan ISIS di penjara ini menjadi perebutan antara berbagai kekuatan, termasuk Pasukan Demokratik Suriah (SDF), HTS, dan koalisi internasional.

Dalam laporan terbaru, seorang perwira SDF yang diwawancarai menyatakan bahwa mereka tidak akan menyerahkan kendali penjara tersebut kepada pemerintah baru di Damaskus. “Melindungi penjara ini adalah tanggung jawab koalisi dan SDF saja,” tegasnya. Pernyataan ini mencerminkan penolakan tegas terhadap tuntutan HTS yang ingin memegang kendali penuh atas fasilitas tersebut.

Ketegangan ini semakin menarik karena HTS, yang kini memimpin pemerintahan baru, memiliki sejarah panjang permusuhan dengan ISIS. Namun, di tengah kompleksitas situasi, HTS dilaporkan telah membebaskan sejumlah tahanan ISIS dari penjara-penjara yang sebelumnya dikelola oleh rezim Assad. Tindakan ini menimbulkan spekulasi tentang tujuan HTS, apakah mereka mencoba memanfaatkan situasi atau mengkonsolidasikan kekuasaan dengan cara kontroversial.

Penjara Hasakah sendiri menampung sekitar 4.500 anggota ISIS, termasuk sejumlah besar warga negara asing. Bagi SDF, fasilitas ini bukan hanya simbol pengorbanan mereka dalam memerangi ISIS, tetapi juga alat tawar penting dalam menjaga relevansi mereka di Suriah yang kini dikuasai oleh HTS. Dukungan Amerika Serikat terhadap SDF menambah lapisan kompleksitas lain dalam konflik ini.

Di sisi lain, tuntutan HTS agar SDF melebur ke dalam pasukan baru yang mereka bentuk menunjukkan ambisi untuk menghilangkan otonomi Kurdi di wilayah timur laut. SDF, yang telah lama memperjuangkan otonomi, menolak keras tuntutan ini. Pemimpin SDF, Mazloum Abdi, bahkan menegaskan bahwa para pejuangnya hanya akan bergabung jika mereka diakui sebagai blok Kurdi terpisah.

Dalam konteks ini, penjara Hasakah menjadi simbol lebih dari sekadar fasilitas penahanan. Ini adalah medan pertarungan politik dan militer yang mencerminkan perebutan dominasi di Suriah. HTS, yang mencoba mengukuhkan legitimasi mereka sebagai penguasa baru, melihat penguasaan penjara ini sebagai langkah strategis untuk melemahkan SDF dan memperkuat kontrol mereka.

Namun, langkah HTS tidak berjalan mulus. SDF dengan tegas mempertahankan kendali mereka, dengan dukungan logistik dan intelijen dari Amerika Serikat. Keberadaan pasukan AS di wilayah tersebut menjadi faktor penting yang mencegah HTS mengambil alih secara langsung. Di sisi lain, tindakan HTS membebaskan tahanan ISIS menimbulkan risiko baru, yaitu kebangkitan kembali jaringan teror di kawasan.

Laporan juga menyebutkan bahwa anggota ISIS di luar penjara telah dua kali mencoba membebaskan tahanan mereka d Hasakah sejak pemerintahan Assad jatuh. Upaya ini menunjukkan bahwa ancaman dari ISIS belum sepenuhnya hilang. HTS, meskipun bermusuhan dengan ISIS, tampaknya tidak segan memanfaatkan situasi untuk menguatkan posisi mereka.

Hubungan antara HTS dan ISIS yang penuh intrik ini menjadi teka-teki yang sulit dipecahkan. Meski memiliki sejarah konflik, langkah HTS membebaskan tahanan ISIS di penjara rezim Assad, menunjukkan adanya dimensi strategis yang tidak kasat mata. Mungkin ini adalah cara mereka mengontrol ancaman dari dalam, atau bahkan memanfaatkan kekuatan ISIS untuk menciptakan instabilitas yang bisa mereka kendalikan.

Sementara itu, bagi SDF, penjara Hasakah adalah simbol perlawanan mereka terhadap ISIS dan alat penting untuk menjaga otonomi mereka. Dengan dukungan AS, mereka tetap menjadi kekuatan yang sulit digeser, meskipun menghadapi tekanan besar dari HTS. Konflik ini mencerminkan dinamika geopolitik yang melibatkan kepentingan lokal, regional, dan internasional.

Penjara Hasakah kini menjadi titik api baru dalam konflik Suriah yang tak kunjung usai. Perebutan kendali atas fasilitas ini bukan hanya tentang tahanan ISIS, tetapi juga tentang legitimasi politik, kekuasaan militer, dan masa depan otonomi Kurdi. Dalam bayang-bayang dukungan AS terhadap SDF dan ambisi HTS untuk mendominasi, masa depan penjara ini akan menjadi penentu arah konflik Suriah selanjutnya.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *