Analisis
Mengupas Ambisi Israel di Timur Tengah

Oleh: Lutfi Awaludin Basori
Israel tengah melakukan langkah-langkah yang semakin agresif untuk memperkokoh posisinya di Timur Tengah. Serangan udara yang hampir terus-menerus ke Suriah, yang dimulai sejak 2013, dan lebih intensif lagi belakangan ini, tak hanya mengisyaratkan tujuan mempertahankan diri, tetapi juga memperjelas ambisi Israel untuk mengubah peta kekuasaan di kawasan tersebut. Dalam beberapa bulan terakhir, Israel bahkan mengklaim bahwa serangan-serangan ini dilakukan untuk mengatasi ancaman dari Iran dan Hezbollah. Namun, bukankah kita harus mempertanyakan apakah benar Suriah—yang berada dalam kondisi berperang dan hancur pasca-kejatuhan Bashar al-Assad—menjadi ancaman langsung bagi Israel?
Dari sudut pandang saya, serangan ini lebih mengarah pada upaya Israel untuk mendominasi kawasan yang memiliki potensi vital secara strategis. Israel jelas menyasar posisi-posisi yang dianggapnya dapat memperlemah keberadaan Iran dan Hezbollah di wilayah ini. Namun, apa yang semakin jelas adalah Israel tidak hanya bertindak dalam batasan pertahanan. Mereka berusaha untuk menggiring kawasan ini pada tatanan yang lebih tunduk terhadap pengaruh mereka.
Hal ini menjadi semakin terang ketika kita melihat kebijakan Israel di Golan Heights—wilayah yang mereka okupasi secara ilegal sejak perang 1967 dan yang baru-baru ini semakin diperkuat dengan perluasan zona pertahanan. Dengan menggugat kesepakatan demiliterisasi yang ada, Israel seolah ingin menunjukkan bahwa mereka memiliki kebebasan untuk menata ulang perbatasan dan peraturan internasional sesuka hati. Saya menilai ini bukan hanya soal keamanan, tetapi soal penciptaan tatanan baru yang sesuai dengan kepentingan Israel di Timur Tengah.
Banyak pihak, seperti yang diungkapkan dalam artikel Al Jazeera, menyebut langkah-langkah ini sebagai bagian dari upaya Israel untuk mengubah tatanan Timur Tengah yang ada. Saya setuju bahwa Israel sedang berusaha merancang ulang peta geopolitik Timur Tengah sesuai dengan kehendaknya. Tidak bisa dipungkiri, dengan serangan terus-menerus ke negara-negara seperti Suriah, Lebanon, dan Palestina, Israel tengah berupaya mewujudkan ambisi lama yang lebih besar: penciptaan “Greater Israel” atau Israel Raya yang mengatur dan mendominasi negara-negara sekitarnya.
Beberapa kritikus Israel, termasuk politisi dan analis yang diungkap dalam artikel tersebut, menyebut kebijakan ini sebagai “keinginan untuk merusak” yang tanpa arah yang jelas—sebuah bentuk ketidakpedulian terhadap dampak yang akan ditimbulkan terhadap negara-negara tetangga dan stabilitas kawasan. Namun, saya cenderung melihatnya sebagai langkah terencana yang bertujuan untuk menciptakan ketergantungan politik dan ketakutan di negara-negara tetangga, agar mereka lebih mudah dikuasai dalam jangka panjang. Dalam hal ini, langkah-langkah Israel bukan hanya reaksi terhadap ancaman, tetapi juga penciptaan ancaman yang lebih luas untuk menjustifikasi dominasi mereka.
Sumber internasional, seperti PBB dan negara-negara besar, telah lama mengkritik Israel atas tindakan-tindakannya yang dianggap melanggar hukum internasional, dan ini semakin jelas dengan sikap Israel yang seolah tidak peduli dengan peringatan dunia. Israel terus mengabaikan kecaman dan tampaknya lebih memilih untuk menunjukkan bahwa mereka memiliki kekuatan untuk bertindak di luar norma yang berlaku. Hal ini memperkuat persepsi bahwa Israel berusaha menciptakan peta baru di Timur Tengah—satu yang lebih menguntungkan bagi kepentingan mereka, dengan atau tanpa restu dunia internasional.
Satu hal yang perlu digarisbawahi adalah bahwa meskipun Israel membenarkan tindakan-tindakannya sebagai upaya untuk menjaga keamanan, kenyataannya tindakan-tindakan ini lebih mengarah pada upaya merancang kawasan yang lebih lemah dan lebih mudah dikendalikan. Ketidakstabilan yang mereka ciptakan bukanlah sekadar akibat dari konflik yang ada, melainkan bagian dari strategi yang lebih besar untuk memastikan bahwa negara-negara di Timur Tengah, yang pada dasarnya sudah rapuh, semakin terbelah dan terbagi dalam kekuatan politik yang mudah dipengaruhi oleh Israel.
Jadi, apakah ini tentang keamanan ataukah Israel benar-benar berusaha merancang Timur Tengah sesuai dengan kepentingan mereka? Saya cenderung berpikir bahwa Israel lebih tertarik pada pengaturan kembali kawasan ini agar sesuai dengan visi politik mereka sendiri, meskipun dengan dalih keamanan yang lebih sering terdengar seperti pembenaran. Dengan setiap serangan yang mereka lancarkan, Israel tidak hanya menunjukkan kekuatan militer, tetapi juga mengirimkan pesan bahwa mereka akan terus menentukan arah kawasan ini, apapun yang terjadi.[]