Analisis
Membongkar Siasat Erdogan di Suriah

Oleh: Lutfi Awaludin Basori
Dalam beberapa tahun terakhir, Suriah telah menjadi medan pertempuran yang melibatkan berbagai kekuatan internasional dengan kepentingan yang saling bertentangan. Namun, di balik kekacauan yang terus berlangsung, terdapat pola yang jelas mengenai keterlibatan Turki dalam mendukung kelompok-kelompok militan yang terlibat dalam konflik tersebut. Ini bukan hanya soal sekadar mendukung kelompok bersenjata, tetapi lebih jauh lagi, Turki tampaknya memainkan peran yang sangat strategis dalam merancang dan menggerakkan dinamika di Suriah demi memenuhi ambisi geopolitiknya.
Salah satu bukti paling kuat terkait keterlibatan Turki adalah peran aktif yang dimainkan oleh Ankara dalam mendukung kelompok-kelompok militan di wilayah utara Suriah. Terutama di kawasan Idlib dan Aleppo, Turki tidak hanya memberikan pelatihan dan logistik kepada kelompok-kelompok oposisi, tetapi juga secara langsung mendukung mereka dalam pertempuran melawan pasukan pemerintah Suriah. Hal ini menjadi sangat jelas dengan adanya laporan yang menyebutkan bahwa Turki mendukung kelompok-kelompok militan seperti Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang memiliki hubungan erat dengan Al-Qaeda. Turki bahkan diketahui menyediakan senjata dan peralatan militer canggih kepada mereka, termasuk drone yang diduga diperoleh dari Ukraina, sebuah fakta yang mengungkapkan kedalaman keterlibatan Turki dalam konflik ini.
Sebuah peristiwa terbaru yang sangat relevan adalah serangan besar-besaran yang diluncurkan oleh kelompok militan terhadap posisi-posisi pasukan Suriah di Idlib dan Aleppo pada 27 November 2024. Dalam serangan ini, pasukan Suriah melawan balik dengan bantuan serangan udara dari Rusia, yang menghasilkan lebih dari 400 korban jiwa dari pihak kelompok teroris. Namun, yang paling menarik adalah temuan bahwa drone yang digunakan dalam serangan tersebut kemungkinan besar berasal dari Ukraina, yang sebelumnya telah menjalin hubungan militer dengan Turki. Ini mengindikasikan adanya hubungan yang lebih luas antara Turki dan Ukraina dalam mendukung kelompok-kelompok militan di Suriah.
Bukti lebih lanjut mengenai keterlibatan Turki terungkap melalui pengamatan terhadap kebijakan luar negeri Ankara di wilayah tersebut. Turki tidak hanya bertindak sebagai pendukung logistik dan militer, tetapi juga mengambil langkah-langkah untuk menggulingkan rezim Bashar al-Assad dengan mendukung kelompok-kelompok yang menentang pemerintahan Suriah. Menariknya, Turki juga secara terbuka menentang upaya internasional untuk mengakhiri perang di Suriah dan menyatakan dukungannya terhadap oposisi yang berusaha menggulingkan Assad. Di sisi lain, Turki juga khawatir dengan kebangkitan kelompok-kelompok Kurdi yang dianggapnya sebagai ancaman terhadap integritas teritorialnya, dan menganggap bahwa mendukung kelompok-kelompok ini merupakan langkah untuk memperluas pengaruh dan menanggulangi ancaman domestik yang lebih besar.
Namun, meskipun alasan yang dikemukakan Turki sering kali berfokus pada masalah Kurdi, banyak pengamat yang berpendapat bahwa ini hanyalah dalih untuk mencapai tujuan yang lebih luas, yaitu memperluas pengaruhnya di kawasan Timur Tengah. Tujuan utama Turki, yang dikendalikan oleh Presiden Recep Tayyip Erdoğan, tampaknya adalah untuk mempertahankan posisi dominannya di kawasan tersebut, termasuk dengan menggulingkan Assad, yang dianggap sebagai sekutu dekat Iran, negara yang juga menjadi rival Turki dalam politik regional. Dengan mendukung kelompok-kelompok teroris dan militan di Suriah, Turki berusaha mengurangi pengaruh Iran di kawasan ini, sambil meningkatkan posisi politiknya sendiri di dunia Arab.
Keterlibatan Turki dalam konflik Suriah juga terkait erat dengan ambisiannya untuk membentuk sebuah zona pengaruh yang lebih luas di kawasan tersebut. Langkah-langkah ini tidak hanya untuk menanggulangi kelompok Kurdi yang dianggap sebagai ancaman domestik, tetapi juga untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi pesaing geopolitiknya seperti Iran, Rusia, dan bahkan negara-negara Barat. Menggulingkan Assad di Suriah berarti mengurangi pengaruh Iran, yang selama ini menjadi mitra strategis utama Suriah, serta memperlemah posisi Rusia yang juga mendukung pemerintahan Assad.
Secara keseluruhan, keterlibatan Turki di Suriah bukanlah semata-mata untuk menghadapi ancaman dari kelompok teroris atau menyelesaikan masalah suku Kurdi. Ini adalah bagian dari strategi geopolitik yang lebih besar, yang melibatkan upaya untuk mendominasi kawasan, mengurangi pengaruh rivalnya, dan menciptakan posisi yang lebih kuat di Timur Tengah. Dengan mendukung kelompok militan, Turki tidak hanya berperang melawan pemerintahan Assad, tetapi juga berusaha mengubah keseimbangan kekuatan di kawasan tersebut sesuai dengan ambisi geopolitiknya sendiri.
Dengan peristiwa terbaru yang mengungkapkan keterlibatan Turki dalam menyediakan peralatan militer dan dukungan kepada kelompok-kelompok teroris di Suriah, jelas bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Ankara bukan sekadar kebijakan pertahanan atau keamanan nasional, tetapi lebih merupakan bagian dari siasat geopolitik yang lebih besar. Sebagai negara yang berusaha memanfaatkan kekacauan di Suriah, Turki berusaha mengubah situasi di kawasan ini untuk keuntungan politik dan strategisnya, dengan menggulingkan Assad dan mengurangi pengaruh rival-rivalnya di kawasan tersebut.