Analisis
Dominasi Israel di Suriah, Iran Target Berikutnya?

Oleh: Lutfi Awaludin Basori
Operasi militer besar-besaran Israel di Suriah menunjukkan peningkatan signifikan dalam ambisi strategis Israel di kawasan. Dengan menghancurkan hampir 87% sistem pertahanan udara Suriah, termasuk sistem canggih seperti Pantsir dan Buk buatan Rusia, Israel mengklaim telah mencapai dominasi udara di wilayah tersebut. Namun, apakah ini berarti Israel dapat dengan mudah menjangkau Iran? Pertanyaan ini memerlukan analisis yang lebih mendalam untuk memahami dinamika kawasan.
Suriah telah lama menjadi mitra utama Iran di Timur Tengah. Bagi Iran, Suriah adalah jalur logistik strategis untuk mendukung kelompok-kelompok perlawanan seperti Hizbullah di Lebanon. Dengan melemahkan kemampuan militer Suriah, Israel berusaha mengurangi pengaruh Iran di wilayah ini. Namun, Iran memiliki fleksibilitas strategis yang tidak dapat diremehkan. Diversifikasi jalur logistik melalui Irak atau jalur laut tetap memungkinkan Iran untuk mempertahankan dukungannya terhadap sekutunya. Kehilangan jalur langsung melalui Suriah mungkin memperlambat operasi Iran, tetapi tidak membuatnya kehilangan kendali atas sekutunya di kawasan.
Israel mengklaim bahwa dengan menguasai wilayah udara Suriah, mereka dapat menggunakan wilayah tersebut sebagai koridor untuk operasi militer jarak jauh, termasuk ke Iran. Namun, tantangan signifikan tetap ada. Iran memiliki sistem pertahanan udara canggih seperti S-300, yang dirancang untuk menghadapi ancaman udara jarak jauh. Sistem ini jauh lebih efektif dalam mendeteksi dan menanggulangi serangan dibandingkan pertahanan udara Suriah yang sudah lemah akibat konflik internal. Selain itu, serangan ke Iran memerlukan rencana logistik yang kompleks, termasuk pengisian bahan bakar di udara, yang membuat operasi semacam itu lebih sulit dibandingkan serangan ke target di Suriah. Jaringan radar dan pertahanan Iran yang luas juga meningkatkan kemungkinan deteksi dan responsnya.
Serangan langsung terhadap Iran membawa risiko geopolitik yang jauh lebih besar dibandingkan serangan di Suriah. Iran memiliki kemampuan rudal balistik jarak jauh dan drone serang yang dapat menjangkau target strategis di Israel. Jaringan proksi Iran seperti Hizbullah di Lebanon dan milisi di Irak dapat merespons dengan serangan yang terkoordinasi. Selain itu, Rusia sebagai pemasok utama sistem pertahanan Suriah dan sekutu Iran, mungkin tidak tinggal diam jika terjadi serangan terhadap Iran. Cina, dengan kepentingan ekonominya di Iran, kemungkinan juga akan menentang tindakan semacam itu. Konflik antara Israel dan Iran berpotensi memicu perang skala besar yang melibatkan banyak aktor regional, termasuk Turki, negara-negara Teluk, dan bahkan Amerika Serikat.
Meskipun keberhasilan Israel di Suriah memperkuat posisinya di kawasan, serangan terhadap Iran tidak semudah yang dispekulasikan. Iran memiliki kekuatan militer yang jauh lebih besar dan lebih terorganisasi dibandingkan Suriah. Selain itu, Israel akan menghadapi tekanan diplomatik yang sangat besar jika melancarkan serangan langsung ke Iran, terutama jika serangan tersebut dianggap sebagai tindakan preventif tanpa bukti yang kuat. Serangan terhadap Iran hampir pasti akan memicu respons balasan yang signifikan, yang dapat merusak stabilitas domestik Israel.
Operasi Israel di Suriah mencerminkan strategi untuk mengamankan dominasi regional dengan melemahkan sekutu Iran dan menciptakan jalur operasional yang lebih luas. Namun, klaim bahwa ini berarti Israel dapat dengan mudah menjangkau Iran terlalu menyederhanakan situasi. Iran tetap menjadi target sulit karena kekuatan pertahanan dan kapasitas militernya yang jauh lebih besar dibandingkan Suriah. Risiko geopolitik dan eskalasi konflik membuat serangan langsung terhadap Iran menjadi langkah yang sangat berisiko, baik bagi Israel maupun stabilitas kawasan secara keseluruhan. Artikel yang menyebutkan bahwa Israel dapat dengan mudah menjangkau Iran melalui Suriah perlu dilihat sebagai bagian dari perang psikologis dan propaganda untuk menekan Iran. Dalam kenyataannya, serangan semacam itu akan membutuhkan perencanaan strategis yang jauh lebih kompleks dan menghadapi risiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan serangan di Suriah.