Connect with us

Opini

Jenin: Gencatan Senjata atau Taktik Baru PA dalam Drama Politik?

Published

on

Kesepakatan gencatan senjata antara Otoritas Palestina (PA) dan Brigade Jenin baru-baru ini seperti acara kuliner yang dihadiri semua pihak—tapi sayangnya, menu utamanya bukanlah perdamaian. Gencatan senjata ini, yang dikemas dengan narasi harmonis, pada akhirnya lebih mirip dengan cerita kartun yang lebih suka berakhir dengan tawa getir daripada solusi nyata. PA yang biasanya terlihat diselimuti keraguan, kali ini mencoba menunjukkan siapa bos di Jenin, dengan cara yang tentu saja penuh dengan nuansa kekuasaan dan ketegangan.

Mungkin PA berpikir bahwa dengan menandatangani gencatan senjata ini, mereka akan mendapat poin lebih di hadapan dunia internasional, apalagi dengan pemenang hadiah utama—Israel—di sana yang terus memantau. Selalu menarik melihat bagaimana PA mencoba bermain dua peran: di satu sisi mereka berusaha menunjukkan bahwa mereka masih bisa menjaga “keamanan” di Tepi Barat, sementara di sisi lain mereka menyelipkan kerjasama yang lebih intim dengan musuh utama rakyat Palestina—Israel. Siapa yang bisa menebak? Dunia mungkin akan memberi tepuk tangan, tapi rakyat Palestina pasti hanya bisa menghela napas.

Donasi ke Vichara via Saweria

Dukung Vichara dengan berdonasi 💛

Tentu saja, ini bukan pertama kalinya PA mencoba memainkan peran ganda, berusaha menjadi penjaga perdamaian sementara juga bekerja sama dengan Israel. Dalam upaya menjaga tatanan di Jenin, PA mengingatkan kita betapa seringnya kekuasaan mencoba menciptakan ilusi kontrol. Padahal, para pejuang Palestina di Jenin jelas tidak membutuhkan lebih banyak aturan atau regulasi dari mereka yang sudah lama dijauhkan dari hak dan kebebasan mereka sendiri. PA, dengan keinginannya mengelola Jenin, mungkin lebih baik jika kembali bertanya pada diri sendiri: siapa yang benar-benar mereka wakili?

Bagaimana tidak, gencatan senjata ini datang setelah dua serangan udara Israel yang menyebabkan 12 orang tewas—sebuah catatan yang pasti akan menjadi peringatan bagi mereka yang percaya bahwa gencatan senjata ini adalah langkah menuju kedamaian. Di sisi lain, kita harus mengakui bahwa PA, dengan dukungan Israel, mencoba menciptakan narasi seolah-olah mereka adalah pahlawan yang menjaga keamanan dan ketertiban. Kenyataan yang ada adalah lebih banyak orang yang mati dan lebih banyak ketidakadilan yang terus berkembang.

Keputusan PA untuk menyerahkan senjata kepada pihak tertentu di Brigade Jenin terdengar seperti sebuah kompromi yang tidak pernah ada di dunia nyata. Dengan janji untuk membangun kembali rumah-rumah yang hancur akibat serangan mereka sendiri, PA seakan-akan berusaha menjual “keajaiban rekonstruksi”. Namun, pertanyaannya adalah apakah rumah yang dibangun kembali akan lebih kuat daripada kepercayaan rakyat Palestina terhadap PA? Tidak ada yang lebih ironis daripada mencoba membangun sesuatu di atas dasar yang rapuh.

Di Gaza, sementara PA sibuk mengatur gencatan senjata di Jenin, di sana Hamas terus berkuasa. Ini seperti bermain teater dua babak—satu babak PA berusaha berkolaborasi dengan Israel di Jenin, sementara di babak lainnya, Hamas di Gaza tetap menjadi simbol perlawanan yang terus berapi-api. Namun, di balik itu semua, Israel hanya tersenyum lebar. PA yang merasa diberi kepercayaan lebih, ternyata hanya menjadi alat yang nyaman bagi kepentingan Israel untuk mengendalikan lebih banyak wilayah.

Israel pun bisa berbangga hati, karena mereka mungkin telah menemukan “mitra” baru dalam memperburuk fragmentasi internal Palestina. Mungkin PA merasa mereka bisa mengubah arah permainan ini, tetapi, faktanya, mereka hanya bergerak mengikuti irama yang ditentukan oleh pihak ketiga—Israel. Selama PA terus menganggap bahwa mereka memiliki kendali atas masa depan Palestina, selamanya mereka akan terperangkap dalam permainan yang tidak mereka kuasai.

Sungguh, ada banyak cara untuk merayakan perdamaian, tapi kesepakatan antara PA dan Brigade Jenin bukanlah salah satunya. Sepertinya dunia tidak membutuhkan lebih banyak gencatan senjata yang hanya berfungsi untuk menjaga stabilitas yang tidak pernah dikejar oleh rakyat Palestina. Mungkin sudah waktunya bagi PA untuk merenung dan bertanya: dalam upaya ini, siapa sebenarnya yang mereka layani—rakyat Palestina atau hanya kursi-kursi kosong yang diisi dengan janji kosong?

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Populer