Connect with us

Opini

Amerika di Ambang Krisis: Utang Naik, Jaminan Hilang

Published

on

Angka-angka itu tak sekadar statistik. Ketika Congressional Budget Office (CBO) menyebut bahwa rancangan undang-undang versi Senat akan menambah $3,3 triliun ke defisit federal dalam satu dekade ke depan, itu bukan cuma soal neraca anggaran. Itu adalah cerminan dari pilihan-pilihan politik yang membawa konsekuensi nyata ke rumah-rumah tangga, ke meja makan keluarga pekerja, ke napas terakhir para lansia yang tak mampu membeli obat.

Sementara para politisi di Washington saling lempar argumen soal “pertumbuhan ekonomi” dan “efisiensi anggaran,” 31 juta orang dewasa di Amerika Serikat—hampir 12% dari total populasi dewasa—terpaksa meminjam uang hanya untuk menutupi biaya kesehatan dasar dalam satu tahun terakhir. Total utang medis mereka mencapai $74 miliar. Itu bukan investasi. Itu bukan kemewahan. Itu adalah rasa takut akan batuk yang berkepanjangan, tentang luka yang tidak kunjung sembuh, atau tentang anak yang demam tinggi tetapi harus menunggu karena biaya dokter terlalu mahal.

Donasi ke Vichara via Saweria

Dukung Vichara dengan berdonasi 💛

Rancangan Senat ini, jika diloloskan, bukan hanya akan memperdalam defisit fiskal. Ia akan menciptakan luka sosial yang dalam: menambah hampir dua juta orang tanpa asuransi lebih banyak daripada versi DPR yang sebelumnya sudah diprotes luas. Bayangkan: 12 juta orang akan kehilangan jaminan kesehatan pada 2034. Dalam masyarakat yang katanya adidaya ini, jutaan nyawa akan semakin jauh dari akses rumah sakit, dari pengobatan kanker, dari pertolongan pertama yang semestinya hak, bukan privilese.

CBO mencatat bahwa di bawah versi DPR, warga Amerika terkaya akan mendapat pemotongan pajak hingga $12.000 per tahun, sementara mereka yang paling miskin justru kehilangan sekitar $1.600 dari bantuan sosial. Ini adalah redistribusi yang kejam: dari bawah ke atas. Dengan bahasa yang lebih jujur, ini adalah perampokan yang dilegalkan. Ketika para konglomerat menikmati potongan pajak, para ibu tunggal harus memilih antara membayar listrik atau membeli antibiotik untuk anaknya.

Lebih dari setengah penduduk Amerika merasa khawatir bahwa satu kejadian medis besar bisa membawa mereka ke dalam utang. Dan ini bukan paranoia. Karena kenyataannya, bahkan mereka yang berpenghasilan menengah—bahkan hingga $120.000 per tahun—merasa tidak aman secara finansial jika sakit datang tiba-tiba. Jaminan sosial seharusnya menjadi pelindung dalam ketidakpastian itu. Tapi dengan rancangan undang-undang baru ini, pelindung itu malah dikoyak dari dalam.

Apa artinya hidup di negara yang membanggakan keunggulan teknologinya, tetapi takut jatuh sakit? Apa makna kebebasan jika ia datang dengan syarat: hanya bagi yang mampu membayar premi? Jika sepertiga anak muda harus berutang demi rawat inap, apakah kita bisa menyebut ini sebagai sistem yang berhasil?

Dari laporan West Health-Gallup, kita tahu bahwa mereka yang paling terdampak adalah anak muda, perempuan, komunitas kulit hitam dan Hispanik, serta para orang tua dengan anak kecil di rumah. Dalam angka, terlihat tajam: 20% perempuan di bawah 50 tahun terpaksa berutang untuk biaya medis, dua kali lipat lebih banyak dari laki-laki. Di antara warga kulit hitam di bawah usia 50 tahun, hampir 30% harus berutang. Ketika Anda muda, minoritas, dan miskin—semesta seperti bersekongkol untuk membuat Anda tak sehat, lalu bangkrut.

RUU versi Senat, seperti versi DPR sebelumnya, juga memangkas dana untuk Medicaid dan program bantuan pangan. Konsekuensinya? Sekitar 3 juta orang diprediksi akan kehilangan bantuan makanan. Makanan. Di negara dengan ribuan restoran cepat saji dan supermarket yang penuh rak-rak barang, ada jutaan orang yang tak bisa makan tanpa bantuan pemerintah. Dan bantuan itu akan dicabut—bukan karena negara bangkrut, tetapi karena ada prioritas lain: memperpanjang pemotongan pajak bagi mereka yang sudah sangat kaya.

Kritik tajam datang bukan hanya dari oposisi Demokrat, tetapi juga dari dalam tubuh Partai Republik sendiri. Dua senator Republik menolak mosi untuk melanjutkan RUU ini, dan beberapa lainnya hanya setuju setelah negosiasi mendesak yang dipimpin oleh Wakil Presiden JD Vance. Artinya, perpecahan sudah nyata. Ketika Elon Musk—salah satu pengusaha paling berpengaruh di dunia, sekaligus mantan kepala lembaga efisiensi pemerintahan—menyebut RUU ini sebagai “gila” dan “destruktif,” itu bukan hanya komentar spontan. Itu adalah indikasi bahwa bahkan sebagian elite bisnis konservatif pun mulai muak dengan arah kebijakan ini.

Musk menyebut bahwa RUU ini akan menghancurkan jutaan pekerjaan dan melemahkan sektor-sektor strategis masa depan, karena terlalu banyak memberi insentif pada industri masa lalu. Ia menyebutnya sebagai “bunuh diri politik” bagi Partai Republik. Dan mungkin ia tak keliru. Karena di tengah ketidakpuasan yang membuncah dari masyarakat, mendorong RUU ini tanpa perubahan berarti bukanlah tindakan berani—melainkan kesombongan yang membutakan.

RUU ini juga memperkuat militerisasi domestik: peningkatan anggaran untuk keamanan nasional dan penegakan imigrasi termasuk rencana deportasi massal. Sebuah prioritas yang mengabaikan akar masalah kesejahteraan, dan memilih jalan keras sebagai solusi. Saat makanan dan kesehatan dicabut, tetapi dana untuk menara pengawas dan senjata dinaikkan, apa pesan yang ingin dikirimkan oleh negara kepada rakyatnya? Bahwa hidup boleh rapuh, tapi negara akan kuat menjaga pagar-pagarnya?

Mungkin ini waktunya bertanya: untuk siapa negara ini bekerja? Untuk siapa utang $3,3 triliun itu ditanggung? Untuk siapa insentif dan pemotongan pajak diberikan? Dan mengapa mereka yang paling membutuhkan justru terus-menerus disingkirkan dari perhitungan? Dalam sistem yang sehat, negara melindungi yang lemah. Tetapi dalam sistem seperti ini, negara malah menekan mereka agar diam dan patuh.

RUU ini belum menjadi undang-undang. Masih ada waktu untuk berubah. Tapi waktu itu tidak akan lama. Sementara perdebatan di Senat berlanjut, jutaan orang tetap berdoa agar tidak sakit bulan ini. Karena satu resep bisa mengacaukan keuangan keluarga. Karena satu operasi bisa berarti utang bertahun-tahun. Dan karena satu rancangan undang-undang bisa menentukan apakah mereka akan tetap hidup—atau sekadar bertahan dalam ketakutan.

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Artikel Populer