Connect with us

Opini

Setelah Gencatan Senjata: Iran Memasuki Perang yang Lebih Sunyi

Published

on

Dalam setiap babak peperangan, ada jeda. Tapi jeda bukan berarti akhir. Kadang, ia hanya pergantian bentuk. Seperti itulah yang kini dialami Iran pasca gencatan senjata dengan Israel yang secara resmi diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump. Di balik senyap diplomasi yang dibungkus kata “gencatan,” Iran justru memasuki medan perang baru yang tak kalah ganas: operasi dalam negeri melawan jaringan intelijen Mossad yang telah lama menyusup ke jantung republik Islam itu.

Sinyal itu muncul dengan sangat jelas. Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Saeed Khatibzadeh, dalam wawancara dengan Al Mayadeen, mengungkap bahwa permintaan gencatan senjata justru datang dari Amerika Serikat—bukan sebaliknya. Ini setelah Iran melakukan serangan balasan terhadap pangkalan militer AS di kawasan. Dan ketika Iran setuju untuk menahan serangan terbuka, bukan berarti ancaman berhenti. Justru itulah momen ketika perang senyap mulai menyeruak ke permukaan.

Selasa pagi, Hamedan, Iran barat. IRGC mengumumkan penangkapan enam individu yang diduga kuat sebagai agen Israel. Mereka dituduh terlibat dalam operasi spionase, pengintaian, dan penyebaran propaganda, serta penggunaan drone untuk memantau wilayah sensitif. Ini bukan peristiwa sepele. Enam orang ini diduga bagian dari operasi rahasia Mossad yang telah lama menanam pengaruh di wilayah strategis Iran.

Lebih mencengangkan, sehari sebelumnya, Iran sudah menggagalkan operasi drone yang diluncurkan dari pegunungan barat laut Tehran. Lokasi itu bukan tanpa alasan: dari sana, drone dapat menjangkau banyak target penting di ibukota, termasuk instalasi militer dan ilmiah. Data yang dikumpulkan bisa dikirimkan keluar negeri dan digunakan untuk merancang sabotase atau bahkan pembunuhan terencana. Perang drone bukan lagi spekulasi teknologi—ia adalah kenyataan yang menembus batas wilayah tanpa menyentuh tanah.

Dua hari sebelum itu, seorang agen Mossad lain ditangkap di Khorramabad, membawa alat peledak. Tujuan pasti alat itu tak diumumkan, tapi sinyalnya jelas: Mossad tak hanya ingin tahu, mereka juga ingin menghancurkan. Mereka menyusup tidak hanya untuk melihat, tapi untuk menanam kehancuran di dalam struktur negara.

Dalam waktu hampir bersamaan, polisi siber di Isfahan mengungkap 60 akun yang terlibat dalam operasi penyebaran disinformasi yang dikendalikan dari luar negeri. Mereka menyebarkan narasi yang membelokkan opini publik, menciptakan perpecahan, mengguncang kepercayaan masyarakat terhadap negara. Jika drone menyerang dari langit, maka perang informasi menyerang dari layar—dan keduanya sama-sama berbahaya.

Namun pukulan paling berat datang dalam bentuk kehilangan nyawa. Empat ilmuwan nuklir Iran—Mohammad Reza Sadeghi, Ali Bakaei Karimi, Mansour Askari, dan Saeed Barji—dibunuh dalam waktu singkat. Mereka bukan jenderal. Mereka bukan komandan perang. Tapi mereka memegang kunci keilmuan dan teknologi strategis Iran. Dan itulah yang membuat mereka menjadi target.

Saeed Khatibzadeh menyebut bahwa Iran akan mengajukan pengaduan resmi ke PBB atas serangan-serangan ini. Ia menekankan bahwa Israel bukan hanya menyerang fasilitas, tapi menargetkan jantung kemampuan ilmiah dan teknis Iran. Di saat yang sama, ia juga mengecam peran Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi, yang dianggap membuka jalan bagi agresi itu melalui laporan dan tekanan politis.

Dalam pernyataannya yang lugas, Khatibzadeh berkata, “Apa yang tidak bisa dicapai lewat agresi, tak akan dicapai pula lewat diplomasi.” Iran merasa dikhianati, bukan hanya oleh senjata musuh, tapi juga oleh forum-forum internasional yang semestinya netral. Kepercayaan terhadap diplomasi terkikis bukan karena keengganan Iran berdialog, tapi karena pengalaman panjang pengkhianatan yang dikemas dalam bahasa halus perundingan.

Dan ketika diplomasi tak bisa dipercaya, serta agresi terbuka dibungkam sementara, Iran beralih fokus ke dalam. Perang baru yang harus mereka hadapi adalah membersihkan negeri dari jaringan Mossad—mereka yang tak terlihat, yang menyusup lewat data, narasi, dan bahkan mungkin lewat relasi sosial paling dekat. IRGC bukan hanya melakukan operasi penangkapan, tapi juga mendeteksi ulang semua potensi kebocoran sistemik.

Yang sedang dihadapi Iran saat ini adalah perang eksistensial yang tak bisa didelegasikan. Tidak bisa ditunda. Karena ketika negara lain memilih menyerang lewat rudal, Israel justru menyerang lewat agen yang telah lebih dahulu tinggal di rumah sebelah. Perang ini tak punya garis depan. Musuhnya tak memakai seragam. Dan targetnya bukan pangkalan militer, melainkan pikiran, data, dan kesadaran publik.

Refleksi ini penting bagi kita, terutama di Indonesia. Kita sering kali berpikir bahwa perang hanya terjadi di tempat jauh. Tapi perang informasi, perang penggiringan opini, dan penyusupan intelijen bisa menyasar siapa saja. Indonesia juga pernah menjadi ladang uji coba narasi palsu, hoaks terstruktur, dan konflik horizontal yang dibiakkan lewat media sosial. Dalam dunia yang terkoneksi tanpa batas, siapa pun bisa jadi sasaran, bahkan tanpa sadar.

Apa yang Iran lakukan bukan hanya bentuk defensif, tapi perjuangan eksistensial menjaga kedaulatan di era perang tanpa wajah. Negara tak bisa hanya bergantung pada diplomasi ketika diplomasi dijadikan topeng agresi. Tak bisa hanya mengandalkan PBB ketika lembaga itu ikut menormalisasi standar ganda. Iran memilih bertahan di medan baru ini, dengan risiko yang besar, karena satu hal: jika negara tak membersihkan dirinya dari infiltrasi, kehancuran akan datang bukan dari luar, tapi dari dalam.

Maka, gencatan senjata bukanlah damai. Ia adalah transisi. Dan bagi Iran, transisi itu justru membawa mereka ke medan perang yang lebih sunyi namun jauh lebih mematikan. Karena dalam perang ini, peluru diganti oleh informasi, dan agen Mossad tak lagi datang dengan pistol, melainkan dengan akun palsu, drone miniatur, dan narasi viral yang membius kesadaran publik. Inilah wajah baru perang. Dan Iran kini berdiri di tengahnya.

Sumber:

 

 

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *