Connect with us

Analisis

Memahami Konflik Suriah

Published

on

Oleh: Lutfi Awaludin Basori

Konflik Suriah, yang dimulai pada 2011, sering dipahami sebagai bagian dari gelombang Arab Spring yang mengguncang negara-negara di Timur Tengah. Protes-protes awal di Suriah dimulai dengan tuntutan damai untuk perubahan politik, namun segera berkembang menjadi konflik bersenjata yang melibatkan banyak kelompok pemberontak, aktor internasional, dan kekuatan teroris.

Namun, sangat penting untuk memahami bahwa konflik Suriah bukanlah perang saudara biasa. Konflik ini dimulai bukan hanya sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan terhadap pemerintah Bashar al-Assad, tetapi juga dipengaruhi oleh dinamika internasional dan campur tangan pihak ketiga. Konflik ini melibatkan pemberontakan bersenjata yang kemudian berkembang menjadi perang terbuka dengan berbagai kelompok yang berjuang dengan tujuan dan ideologi yang berbeda-beda.

Gelombang Protes dan Reaksi Pemerintah

Pada Maret 2011, protes pertama kali meletus di Daraa, sebuah kota di selatan Suriah, yang menjadi titik awal pemberontakan. Seiring dengan gelombang Arab Spring yang melanda negara-negara Timur Tengah, rakyat Suriah juga menuntut reformasi politik dan kebebasan yang lebih besar. Namun, yang terjadi di Suriah adalah bahwa sebagian besar protes yang dimulai secara damai berubah menjadi aksi kekerasan.

Dalam banyak laporan, banyak yang menyebutkan bahwa para demonstran mulai melakukan penembakan terhadap pasukan keamanan, serta melakukan serangan terhadap fasilitas publik dan infrastruktur negara. Tindakan kekerasan ini kemudian dituduhkan kepada pasukan pemerintah yang berusaha menjaga ketertiban dan melindungi warga negara dari ancaman kekerasan tersebut. Ini kemudian memicu eskalasi kekerasan yang lebih besar, menciptakan narasi bahwa pemerintah Assad yang brutal menanggapi protes rakyat dengan kekerasan. Namun, kenyataannya adalah bahwa sebagian besar kekerasan yang terjadi merupakan hasil dari serangan kelompok yang kemudian membentuk FSA (Free Syrian Army) dan kelompok radikal lainnya.

Pembentukan FSA dan Perkembangan Pemberontakan

Salah satu kelompok pemberontak yang pertama kali terbentuk adalah FSA, yang anggotanya terdiri dari pembelotan jenderal dan perwira militer Suriah yang tidak setuju dengan cara pemerintah menangani protes. FSA merupakan kelompok pemberontak militer yang berjuang untuk menggulingkan Assad dan mendapatkan dukungan internasional, baik dari negara-negara Barat maupun negara-negara Arab yang ingin melihat perubahan pemerintahan di Suriah.

Pada awalnya, FSA menjadi kelompok yang cukup terorganisir dan memimpin perlawanan terhadap pemerintah Suriah. Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin intensnya kekerasan, FSA mulai kehilangan daya tariknya, terutama karena mereka tidak mampu menangani kekuatan militer yang lebih besar dari pasukan pemerintah. Kemunculan kelompok-kelompok ekstremis seperti al-Qaeda dan ISIS menambah kerumitan dalam konflik ini, dengan masing-masing kelompok memiliki agenda politik dan ideologi yang berbeda.

Kemunculan Al-Qaeda dan ISIS

Al-Qaeda awalnya tidak terlalu terlibat dalam konflik Suriah, karena kelompok ini lebih fokus pada serangan terhadap negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Namun, setelah beberapa tahun, cabang al-Qaeda yang ada di Suriah mulai berkembang dan membentuk Jabhat al-Nusra, yang kemudian dikenal sebagai salah satu kelompok teroris yang berperang melawan pasukan pemerintah.

Kemunculan ISIS merupakan perkembangan yang lebih dramatis dalam konflik ini. ISIS, yang sebelumnya merupakan bagian dari al-Qaeda, muncul sebagai kelompok yang lebih radikal dan dengan cepat mengambil alih wilayah-wilayah penting di Suriah dan Irak. Kelompok ini mengeksploitasi kekosongan kekuasaan yang ditinggalkan oleh FSA dan pasukan pemerintah Suriah, mengklaim wilayah tersebut untuk mendirikan Khilafah Islamiah.

Bahkan setelah ISIS melemah dan berhasil ditumpas oleh koalisi internasional dan pasukan Suriah, dampaknya terhadap situasi di Suriah tetap sangat terasa. ISIS meninggalkan warisan yang kompleks, dengan banyak bekas anggota dan pendukung yang beralih ke kelompok-kelompok lain atau berjuang dalam pertempuran yang lebih luas.

Perpecahan di Kalangan Kelompok Pemberontak

Dalam konteks perselisihan internal di antara kelompok pemberontak Suriah, ketegangan yang muncul bukan berasal dari ketidakpuasan FSA terhadap pemimpin baru, tetapi lebih kepada ketidakpuasan Jabhat al-Nusra. Pada konferensi yang digelar di Turki (terutama pada 2012), FSA sebenarnya menginginkan struktur kepemimpinan yang lebih terorganisir dan didominasi oleh kalangan militer, yang akhirnya memunculkan ketegangan.

Jabhat al-Nusra, yang selama ini berada di garis depan pertempuran, merasa bahwa mereka layak mendapatkan posisi penting dalam struktur kepemimpinan yang baru. Namun, yang terpilih justru adalah seorang pemimpin yang berasal dari kalangan militer, bukan tokoh yang selama ini berjuang di lapangan. Ketidakpuasan ini akhirnya memicu perpecahan, dengan Jabhat al-Nusra yang merasa diabaikan memilih untuk memisahkan diri dan mempertahankan arah perjuangan mereka sendiri.

Perpecahan ini memperumit dinamika di Suriah, di mana kelompok-kelompok yang sebelumnya bersatu untuk melawan Bashar al-Assad mulai mengejar tujuan masing-masing, bahkan sampai memunculkan organisasi-organisasi seperti ISIS.

Situasi Terkini: Konfrontasi dan Ketegangan di Aleppo dan Idlib

Saat ini, Suriah masih dilanda kekerasan, meskipun pemerintahan Assad berhasil mempertahankan kendali atas sebagian besar wilayah negara. Sebuah pernyataan dari Komando Umum Tentara Suriah menyebutkan bahwa mereka tengah menghadapi serangan besar dari kelompok Hay’at Tahrir al-Sham (HTS), yang sebelumnya dikenal sebagai Jabhat al-Nusra, serta kelompok-kelompok bersenjata lainnya. Serangan ini terjadi di beberapa wilayah strategis, seperti Aleppo dan Idlib, yang menjadi medan pertempuran sengit antara pasukan pemerintah dan kelompok teroris.

Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa pasukan pemerintah Suriah telah melakukan pergeseran taktis untuk memperkuat pertahanan mereka, meskipun serangan terhadap Aleppo dan Idlib terus berlangsung dengan sengit. Bahkan, kelompok teroris mengklaim telah menguasai sekitar 60% wilayah Aleppo, memaksa warga untuk mengungsi dan memberlakukan jam malam.

Kesimpulan: Dinamika yang Tak Terduga

Konflik di Suriah adalah contoh bagaimana sebuah pemberontakan dapat berkembang menjadi perang yang melibatkan berbagai kelompok, baik terorganisir maupun ekstremis, dengan kepentingan yang saling bertentangan. Meskipun pada awalnya protes dimulai dengan tuntutan damai, situasi berubah menjadi kekerasan ketika kelompok pemberontak, termasuk FSA, memilih untuk membelot dan mengangkat senjata. Setelah munculnya kelompok-kelompok radikal seperti Jabhat al-Nusra dan ISIS, dinamika pertempuran semakin rumit dan melibatkan banyak aktor internasional.

Suriah kini berada dalam keadaan yang sangat sulit untuk diprediksi. Dengan situasi yang terus berkembang dan adanya ketegangan antara berbagai kelompok teroris dan pasukan pemerintah, tidak ada satu solusi yang mudah untuk mengakhiri perang ini. Namun, yang jelas, perang ini bukan tentang pertarungan antara pemerintah dan rakyat, melainkan tentang perebutan kekuasaan antara banyak pihak yang berusaha menguasai wilayah dan menetapkan agenda mereka di Suriah.

Selain itu, kepentingan negara-negara yang mendukung kelompok pemberontak turut memperburuk situasi ini. Negara-negara seperti Turki, Qatar, dan negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat dengan tujuan untuk menggulingkan Assad, telah memberikan dukungan kepada berbagai kelompok pemberontak, baik dalam bentuk pendanaan, pelatihan militer, hingga persenjataan. Intervensi internasional ini memperburuk ketegangan internal Suriah, mempersulit upaya penyelesaian konflik, dan memperpanjang durasi perang. Alih-alih mempercepat penyelesaian, intervensi ini justru memperburuk polarisasi yang ada, menjadikan Suriah sebagai medan pertempuran proxy antara kekuatan besar dan regional, yang semakin memperpanjang penderitaan rakyat Suriah.

 

Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *